Alhamdulillah, saya diberi karunia berupa jarak antara rumah
dan kampus tempat saya mencari ilmu sejauh sekitar 35 kilometer...dengan waktu
tempuh sekitar satu jam untuk mencapainya. Dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam
cukup bagi saya mengamati fenomena kejadian disekitar jalan raya yang saya
lewati hampir setiap hari ini...Gedung perkantoran, sungai besar, jembatan,
bangunan candi bersejarah, rumah-rumah warga dan masjid adalah beberapa
bangunan yang menemani dan menghiasi perjalanan saya..fenomena peristiwa lalu
lalang orang-pun tak luput dari pengamatan saya, mulai dari emosional-nya
seseorang terburu-buru yang menancap gas begitu cepat dan tak berhenti memencet
klakson, pertengkaran yang antara dua orang yang saling berboncengan, seorang
kakek yang mengelus dada karena ditabrak dengan kecepatan rendah oleh seorang
pemuda yang terburu-buru, sampai jatuhnya dan celaka-nya seorang ayah dan
putrinya yang masih kecil karena tak melihat ada galian kabel FO..
Dalam perjalanan sayapun, fenomena sosial begitu kental
mewakili pelbagai pelik kehidupan masyarakat negeri kita seperti halnya
kesejenjangan sosial yang begitu kental, di sebuah lampu bangjo ada pengendara
mobil yang begitu ‘gagah’ dengan merk mobilnya yang kita pasti tahu harga mobil
itu pasti di atas satu Milyar dan disamping mobil mewah itu berdiri seorang Ibu
yang sedang menggendong anaknya yang masih Balita dan mengemis... sedangkan tak
jauh dari lampu bangjo itu ada sebuah Baliho ukuran kecil bertuliskan “Peduli
tidak sama dengan Memberi..!” ah, begitu miris melihat fenomena ini...
Di lain kesempatan saya sering menangkap fenomena anak-anak
muda generasi negeri ini yang
berlompatan dari satu truk menuju truk yang lain dengan jumlah yang tidak sedikit,
anak-anak muda itupun berpakaian dan berdandan khas kelompok atau’geng’
tertentu yang hampir di jam-jam sibuk mereka selalu ditemukan
berkeliaran...”apa mereka tidak sekolah?” saya sering bertanya dalam
hati...Namun tampaknya ‘sekolah’ tak lagi tercantum dalam ‘kamus’ kehidupan
mereka...
Begitu asyiknya menangkap fenomena-fenomena kehidupan tersebut, sembari saya tetap memastikan saya berjalan dengan kecepatan sekitar 70 km/jam saya dikagetkan dengan seorang pengendara motor tua mungkin motor tahun 70-an, motor itu berbunyi sangat keras dan sangat memekakan telinga, beberapa bagian motor sudah tampak berkarat, dan dikendarai oleh seorang bapak setengah baya...yang membuat saya kaget adalah motor itu berjalan lebih cepat dari motor saya, mungkin tak masuk dalam logika, mengapa motor tua yang sudah butut itu mampu mendahului laju kendaraan saya yang jauh lebih baru dan muda...adrenalin sayapun terpacu...saya naikkan kecepatan kendaraan saya melampaui 80 km/jam...dan kami sempat sejajar..Namun siapa sangka, pengendara motor itu tiba-tiba menancap gas lebih cepat dan melaju kencang tanpa sempat terkejar lagi oleh saya dan hilang di tikungan jalan...
Ah...bagaimana bisa, motor yang saya tumpangi ini kalah
cepat dengan motor bapak yang ‘butut’ itu, rasanya masih tidak bisa menerima
kenyataan... di sela saya berpikir, di sisi kanan kendaraan saya di dahului
oleh sebuah motor yang suaranya lebih keras dari suara yang sebelumnya...ah,
lagi-lagi motor tua, melaju begitu kencang dan saya, lagi-lagi terpacu adrenalin
saya untuk ‘membalas’ kekalahan saya..namun, tampaknya saya kalah start, karena
motor tua yang kedua ini dikendarai seorang anak muda yang begitu lihai
mengemudikan motornya di sela-sela kendaraan lain...
Sayapun masih ‘shock’ dengan peristiwa ini, dikalahkan oleh
dua motor tua, bagi saya bukan suatu hal yang remeh. Namun lamunan sayapun
kemudian terpudarkan oleh sebuah cerita yang pernah saya baca di sebuah
buku...Saat itu di sebuah taman,anak kecil bermain-main dengan riangnya, hingga
dia menemukan seorang penjual balon gas di ujing taman itu yang dari kejauhan
tampak indah balon-balon yang terikat
rapi pada tali-tali-nya..Anak kecil itupun menghampiri si penjual balon “Pak,
beli balonnya dong yang warnanya merah...!” kata anak kecil itu sambil menunjuk
balon merah yang ada di kumpulan balon warna-warni itu...”silakan dik!” si
penjual balon memotong tali dan menyerahkan balon merah yang sudah terikat tali
dan kerikil kecil untuk menahan agar balon tak terbang lepas...”Ah, bagus
sekali, balonnya bisa terbang!” kata anak kecil itu, lalu dia bertanya kepada
si penjual balon sambil menyerahkan uang tiga lembar seribuan...”Pak, kalau
saya beli yang warna biru, apakah balonnya juga bisa terbang?” tanya si anak
kecil itu polos...Sambil menerima uluran uang tiga lembar seribuan dari anak
kecil itu, si penjual balonpun tertawa kecil...lalu dia berkata, “ Dik, yang
membuat balon ini terbang bukanlah warnanya, namun isi yang ada di dalam balon
tersebut, jadi warna apapun yang adik beli selama diisi dengan gas, maka balon
itu bisa terbang!” kata si penjual balon menerangkan...
Ah, teringat kisah yang saya baca dalam buku itu, persis
kejadian yang saya alami baru saja, bahwa yang menentukan cepat atau tidaknya
motor itu melaju, bukanlah hanya faktor motornya saja, namun yang menyebabkan
cepat atau tidaknya motor itu ditentukan oleh “siapa yang mengendarai motor
itu”, bisa jadi motor baru dengan CC yang lebih besar kalah cepat dengan motor
butut sudah tua. Karena bisa jadi motor baru itu dikendarai oleh orang yang
takut berkecepatan tinggi sedangkan motor butut itu meski tua dia tapi
dikendarai oleh orang yang memang suka mengendarai motor dengan kecepatan
tinggi. Hasilnya...pasti akan lebih cepat motor butut tadi...
Dalam perjalanan itupun saya mendapat hikmah, bahwa kecepatan
motor diibaratkan dengan keberhasilan manusia, maka keberhasilan manusia tidak
ditentukan oleh siapa anda saat ini, wajah, bentuk tubuh, normal atau cacat,
dilahirkan di tengah keluarga kaya atau miskin, karena yang membuat anda
berhasil adalah ‘isi’ yang ada di dalam diri anda...’isi’ yang ada di dalam
diri anda ibarat pengendara motor yang mau atau tidak untuk menancap gas atau
justru memilih berjalan pelan-pelan...seperti dalam pengalaman yang saya alami
itu, motor tua bisa lebih menang kecepatan dari motor baru, karena si
pengendara memang lihai dalam mengendarai motornya. Maka bila ingin berhasil
kendarailah kehidupan anda se’lihai’ pengendara motor butut yang berhasil mengalahkan
kecepatan saya itu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar