Rabu, 21 Maret 2012

Hidup adalah kata kerja aktif bukan pasif...



By : Dinar Apriyanto

Sore ini salah satu agenda terpenting saya adalah menyelamatkan laptop teman yang ‘sekarat’ akibat sudah aus dimakan usia. Saya merasa bertanggung jawab karena beberapa waktu yang lalu saya juga yang merekomendasikan teman saya itu untuk membeli spare part di sebuah pameran komputer terbesar di Jawa Tengah. Berbekal secarik kuitans...i kecil, saya amati dengan seksama alamat yang tertera di ‘header’ kuitansi itu. Melajulah kendaraan saya ke tempat yang dituju, karena hanya mengingat-ingat satu penggal kata yang mewakili daerah itu, maka di tengah jalanpun saya harus bertanya kepada Bapak yang sedang bertugas parkir di sebuah rumah makan...

Bapak ini memberi petunjuk bahwa saya harus melewati tiga bangjo menuju alamat yang saya maksud. Tak banyak berpikir panjang, tepat saat langit tiba-tiba berubah menjadi mendung sayapun segera memacu kendaraan secepat mungkin, apalagi titik-titik air hujan sudah mulai turun. Sayapun menghitung jumlah bangjo persis seperti yang bapak tadi maksudkan, ya tiga kali bangjo lalu belok kanan. Namun kira-kira sepuluh kilometer lebih saya memacu kendaraan, kecurigaan saya mulai muncul. Sejauh ini, baru saya temukan dua bangjo. Dan kecurigaan saya lengkap dan sempurna rasanya ketika sampai di bangjo ketiga, tak ada belokan ke arah kanan. Astaghfirulloh...

Sayapun memutar balik kendaraan saya lebih cepat dari sebelumnya...dan singkat cerita, saya kemudian berada di titik dimana saya tadi bertanya pada Bapak parkir itu...sayapun terpaksa menggunakan jasa ‘mbah google’ untuk mencari tempat yang saya maksud...Tergambar jelas di peta bahwa arah saya berjalan barusan bertolak belakang dengan rute yang seharusnya saya tempuh...Sesegera mungkin sayapun menuju ke lokasi seperti yang ditampilkan ‘mbah google’. Menjelang maghrib, akhirnya sampai juga di toko servis komputer yang dimaksud...

Sampai kaki saya menginjak di depan etalase ‘front office’ tak tampak petugas mendatangi saya, padahal tampak mereka sedang beraktivitas di depan saya yang hanya berjarak sekitar lima meter. Sampai kemudian saya memulai memanggil salah satu diantara mereka, “mas...mau tanya!” kataku...barulah salah seorang dari mereka mendekat...”kemarin saya beli spare part laptop disini mas, nah sekarang kok nge-‘hang’ ya? Bisakah di cek?” tanya saya kesalah satu petugas yang tadi mendekat...petugas itu wajahnya tanpa ekspresi, datar saja, tampak petugas lain-pun mendengarkan perkataan saya...”Gimana mas? Bisa di cek?” tanya saya lagi...Petugas itu sama sekali tak menyentuh laptop yang saya bawa... “Coba dinyalakan laptopnya mas!” kata petugas itu....”Wah mas, charger-nya saya tinggal, nggak bisa dihidupin, wong sudah low bat!” kataku... petugas itu menatap tanpa ekspresi lagi..datar...”Coba dibuka bagian belakangnya!” kata petugas itu...saya terheran-heran sama petugas ini, kok bisa ya, malah saya disuruh mbuka bagian belakang laptop ini, bukankah saya tidak membawa peralatan apapun, dan bagaimana saya bisa membuka laptop ini? Petugas itu juga tidak menyodorkan alat apapun...

Lalu tiba-tiba salah satu petugas lain yang masih tetap berdiri di tempat semula –lima meter di depan saya – menyampaikan penjelasan cukup puanjang yang intinya, saya diminta untuk pulang dan menginstall ulang windows-nya ... sayapun berbalik badan dan merasakan ada yang aneh... kenapa ya? Waktu beli kemarin, orang-orang disini begitu ramah, kini giliran spare part yang saya beli bermasalah, mereka enggan MELAYANI dengan baik...Sembari mengendarai kendaraan saya, pikiran itu terus mengganggu, hingga saya teringat sebuah artikel di sebuah majalah bisnis yang ditulis oleh salah seorang motivator no.1 di Indonesia, beliau menuliskan tentang keramahan seorang pelayan toko dan pemilik toko yang membuat seorang ibu-ibu tua yang akan membeli buku di toko tersebut begitu terkesan dengan pelayanan toko tersebut...

Pembaca yang budiman, kejadian ini mengajarkan saya bahwa hidup adalah kata kerja bukan kata pasif...wajar sebagai manusia bila ingin dilayani...namun sebagai manusia yang ingin bermanfaat bagi orang lain, tak pantas rasanya hanya sekedar pasif saja dan menuntut untuk dilayani...mari kita belajar untuk mendahulukan sikap ‘MELAYANI’ sebelum ingin ‘DILAYANI’. Apapun peran kita saat ini, anak, istri, suami, mahasiswa, dosen, dokter, pelayan....maka belajar MELAYANI dengan baik untuk tentu akan membuahkan rasa cinta dari orang lain...Seorang suami akan semakin cinta dengan Istrinya jikalau ketika pulang, Istri MELAYANI dengan membuatkan teh manis, seorang dosen MELAYANI mahasiswanya dalam bertanya hal-hal yang sulit, seorang anak MELAYANI keinginan orang tua yang semakin uzur, dan seorang pelayan toko MELAYANI pembeli yang datang dengan sebaik mungkin..maka kehidupan kita akan semakin lengkap dan sempurna tatkala kita mendahulukan Melayani orang lain sebelum meminta untuk Dilayani orang lain...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar