Sabtu, 07 April 2012

Hadiah ‘Ulang Tahun’ yang spesial...




By: Dinar Apriyanto

Bukan menjadi kebiasaan di keluarga saya untuk mengistimewakan hari ulang tahun untuk memberi hadiah, kue, kado ataupun ucapan selamat. Karena hampir setiap saat keluarga kami selalu memberikan do’a, kado, bahkan ucapan yang memotivasi tanpa harus menunggu saat Ulang tahun. Maka sebenarnya ‘ulang tahun’ bagi keluarga kami bukanlah menjadi sebuah hari yang istimewa, karena memang keluarga kami menganggap semua hari adalah istimewa karunia Alloh. Namun, setelah cukup lama ‘eksis’ di dunia maya, rasanya tak bisa terlepas dari mendapatkan ucapan “Selamat” ketika ‘ulang tahun’ tak terkecuali saya. Subhanalloh, begitu buanyak sekali ucapan itu masuk ke wall, sampai-sampai beberapa ucapan ter-hidden secara otomatis karena ‘saking’ banyak-nya..Bagi saya, ini menandakan bahwa ternyata banyak diantara sahabat-sahabat saya di facebook yang begitu perhatian kepada saya...Sayapun bersyukur karena masih diberikan jatah hidup oleh Alloh sekaligus istighfar, karena bisa jadi saya diingatkan oleh teman-teman bahwa umur saya semakin habis dimakan waktu. Ya Alloh, sementara, begitu kecil prestasi yang sudah saya ukir dalam hidup.

Pagi  inipun, saya terbangun dengan kesadaran penuh bahwa hari ini, usia saya semakin ‘menua’, dan amanah saya semakin ‘berat’. Namun sepertinya skenario Alloh untuk membahagiakan saya di hari ‘ulang tahun’ cukup membuat saya berdecak kagum. Serangkaian peristiwa tak terduga dan diluar prediksi saya begitu rapi saya alami dengan ‘produser’ yang langsung dari Alloh. Sejak bangun tidur, biasanya suara tangisan dua bidadari kecilku mewarnai suasana pagi yang cukup padat aktivitas. Namun pagi ini ada yang berbeda, karena dua bidadari kecilku bangun dengan begitu ‘tuma’ninah’ dan berhasil sadar dari tidur-nya tanpa harus memecah suasana pagi dengan tangisan. Kamipun merencanakan sebuah agenda penting yaitu mengantar bidadariku yang bungsu untuk mengikuti sebuah perlombaan di ‘Kindergarten’. Menjelang saat-saat mandi, biasanya suasana  tegangpun tak ter-elak-kan yaitu ‘peperangan’ kecil antara mengajak mandi, sarapan ataupun main-main dulu. Kejar-kejaran pun sering menjadi pemandangan sehari-hari di dirumah kami ketika waktu mandi dua bidadariku tiba. Namun, sekali lagi, saat mandi pagi ini beda, tak seperti biasa, semuanya berjalan lancar dan terkendali. Tak harus ada adegan kejar-kejaran dan tak harus ada adegan ‘manyun’ di pojokan kamar karena biasanya si Bungsu kesal.

Saat mulai berpakaianpun hampir tiap hari menjadi satu ‘scene’ yang cukup melelahkan. Berlarian kesana kemari, berkejaran dan bahkan sampai ngambek tak mau memakai seragam. Namun lagi-lagi hari ini istimewa, momen berpakaian hingga sarapan, sepertinya semua sudah diskenario bahwa akan berjalan dengan lancar. Hingga kami sampai di sekolah si Bungsu tepat pada waktunya, sepertinya memang sudah diatur kejadiannya seperti itu, sehingga saya tak perlu khawatir si Bungsu tertinggal lomba yang begitu bersemangat ingin dia ikuti. Melepas kepergian Si Bungsu untuk ‘diserahkan’ Ustadzah di sekolahnya, biasanya juga tak berjalan semulus pagi ini. Hari-hari biasa sering ada adegan tangis-menangis yang cukup menghebohkan, hingga seperti sebuah adegan klimaks di sebuah sinetron. Pagi ini, si bungsu dengan rela, melepas kepergian kami dengan senyuman dan anggukan kepala, tanda dia bersedia sekolah dengan kemauannya sendiri. Kamipun segera meninggalkan suasana sekolah yang tampak riuh suara sound system dari acara lomba itu.

Setelah mengantar si Bungsu, Pagi ini-pun, saya agendakan untuk silaturahim ke rumah Orang Tua saya yang jaraknya cukup dekat. Sekitar lima belas menit perjalanan, sampailah saya, istri dan si Sulung di rumah orang tua saya. Cukup kaget melihat mobil yang terparkir di depan rumah dengan kondisi menghadap badan jalan. Mungkin akan bepergian ya? Pikirku dalam hati, belum sempat mengetuk pintu, kamipun di kagetkan dengan pertanyaan dari saudara perempuan saya, “mau ikut nggak?” ternyata dugaan saya tepat, karena keluarga saya merencanakan silaturahim ke kerabat di sebuah Provinsi Istimewa di Jawa. Tanpa berpikir panjang, kusetujui tawarannya, bahwa kami akan ikut serta? Dan konsekuensinya, saya harus jemput lagi si Bungsu yang sudah terlanjur diantar di sekolahnya...Singkat cerita, sesampainya saya di sekolah si Bungsu untuk menjemput, ternyata perlombaan masih berlangsung. Dari kejauhan saya lihat si Bungsu dengan semangatnya mengikuti satu demi satu perlombaan di tingkat umurnya. Tak tega kalau harus memangkas ke’asyikan’nya dalam berlomba. Maka sayapun duduk cukup lama untuk menunggu, hingga si Bungsu selesai mengikuti perlombaan.

Selama perjalanan, saya, keluarga, anak-anak dan keponakan begitu antusias menempuh kilometer demi kilometer perjalanan menuju kota kerabat kami. Tawa, sendau gurau begitu lepas mengantarkan kepergian kami menuju sebuah kota yang kami yakini punya ke-asyik-an sendiri disana. Di tengah perjalanan, saya mendapat sms dari Ustadzah sekolah si Bungsu. “selamat pak, putri bapak dapat Juara 1 lomba tadi!” Subhanalloh, rasa syukur tak bisa disembunyikan dari diri saya kala itu. Tadinya saya sempat pesimis si Bungsu bisa membawa salah satu Tropi yang di pajang rapi di meja sekolah, apalagi saya harus menjemputnya lebih awal. Namun Alhamdulillah, rasa pesimis saya sudah hancur dengan datangnya sms dari Ustadzah tadi. Ini adalah kado istimewa di hari “Ulang Tahun” saya.

Sampai di kota yang kami tuju, suasana hangat menyeruak di sela-sela kehadiran kami berkumpul dengan keluarga besar saya. Empat bersaudara dari orang tua saya yang kini sudah berkembang menjadi bertambah enam keponakan dan empat menantu dari orang tua saya. Wah, suasanapun terasa bahagia bisa berkumpul di tengah-tengah keluarga ini. Tawa, diskusi-diskusi ringan, cerita-cerita seru mengalir cukup seru bergantian dari masing- masing dari kami. Tak terasa, Dua puluh tujuh tahun yang lalu, di hari kelahiran saya, saya terlahir dengan tubuh lemah dan kecil. Namun kini, saya sudah harus merawat tiga bidadari, istri, dan dua putri saya yang merupakan amanah spesial dalam hidup saya. Tak terasa, ibu saya kini sudah memiliki enam cucu, padahal dua puluh tujuh tahun yang lalu beliau terakhir kalinya melahirkan anak keempat terakhirnya yang kini sudah bermetamorfosis menjadi seorang Bapak. Subhanalloh, suasana bahagia hari ini sungguh, adalah Kado terbaik yang Alloh karuniakan di hari ‘Ulang Tahun’ saya.

Di hari ulang tahun saya ini, saya merenung, bahwa waktu sepertinya tidak memberi kita ruang untuk bersantai dalam menjalankan amanah. Di saat umur kita semakin bertambah, mari kita hitung seberapa banyak kebaikan yang sudah berhasil kita kantongi untuk kehidupan kita di akhirat nanti. Seberapa banyak keburukan yang sudah sengaja kita tanam yang telah menggerogoti amal-amal baik kita. Berapa persen dari Impian atau cita-cita kita yang sudah di dedikasikan untuk kemanfaatan orang banyak, atau hanya kita ingin untuk memuliakan diri kita sendiri. Bekas-bekas apa yang akan kita tinggalkan di dunia ini ketika tak ada pengingat lagi tentang nama kita selain batu nisan yang bertuliskan nama lengkap, tanggal lahir dan tanggal kematian kita. Maka saudaraku yang budiman, marilah kita beri Kado terbaik untuk diri kita sendiri di saat kita berulang tahun dengan melakukan banyak introspeksi terhadap kehidupan kita. Semoga tahun-tahun mendatang, kita akan lebih baik dalam menjalani kehidupan dan semakin bermanfaat untuk orang lain di dunia ini. Amin

Catatan di hari “Ulang tahun” 6 April 2012 (Dinar Apriyanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar