Selasa, 10 April 2012

Keluarga sumber motivasi...



By : Dinar Apriyanto

Ketika saya masih duduk di bangku SD, saya masih teringat sebuah acara televisi berjudul “keluarga Cemara” yang menjadi salah satu acara favorit saya. Dalam film itu, dikisahkan tentang kehidupan keluarga sederhana yang hidup dengan bahagia meskipun tidak berkelimpahan harta benda. Abah yang dalam kisah itu sebagai sosok ayah yang sangat peduli terhadap keberhasilan anak-anaknya selalu memotivasi anak-anak untuk tetap sekolah di tengah profesinya sebagai tukang becak. Emak dalam kisah itu diceritakan sebagai sosok seorang ibu rumah tangga yang begitu hangat menampung segala keluh kesah anak-anaknya. Euis, Ara dan Agil adalah tiga putri yang dimiliki oleh keluarga ini yang mereka harus berjuang keras menyambung kehidupannya dengan berjualan Opak, seusai sekolahnya. Namun, di tengah begitu kerasnya kehidupan yang harus mereka hadapi, keluarga ini hidup bahagia dan meninggalkan bekas hikmah setelah melihat tayangan tersebut.

Bicara tentang keluarga, saya teringat juga tentang kisah suatu malam ketika saya berkesempatan berkunjung ke rumah salah seorang manajer di sebuah perusahaan ternama dari Jepang. Beliau kebetulan selama beberapa bulan ditempatkan di sebuah kota oleh perusahaan pusat. Selama beberapa bulan tersebut beliau hanya bisa menemui keluarganya sepekan sekali di hari ahad. Malam itu beliau bercerita panjang lebar tentang kesepiannya jauh dari keluarga, “Saya kangen sama keluarga mas, karena Selama beberapa tahun saya tidak pernah jauh dari keluarga baru kali ini saya ditempatkan di tempat yang jauh!” . Ketika hari Sabtu menjelang, kebahagiaanpun menyeruak ke dalam hati beliau, karena berarti sebentar lagi bisa bertemu dengan istri dan kedua anaknya. Namun ketika hari Senin pagi menjelang, beliau mengaku betapa malasnya harus bangun pagi untuk segera meluncur ke kota tempatnya kini bekerja. “Sungguh mas, bagi saya keluarga membuat saya bersemangat untuk melakukan sesuatu, termasuk bekerja!” kata bapak ini menutup kisah rindunya dengan keluarga.

Dalam sebuah surat kabar elektronik, sayapun membaca kisah-kisah para pekerja yang harus hidup berjauhan negara dengan sanak keluarganya. Kerinduan mereka dengan keluarga begitu terasa saat mereka menempel foto istri dan anak-anaknya di kamar. Beberapa kisah menyebutkan bahwa kerinduan itu mereka salurkan melalui musik-musik sendu yang sengaja mereka download dari situs internet, sehingga mereka merasakan dekat dengan keluarga. Dan tidak sedikit dari mereka yang harus merogoh kocek dalam-dalam untuk sekedar mendengar suara dari keluarga yang dirindukannya.

Saudaraku yang budiman, suatu saat mungkin kita akan mengalami hidup berjauhan dengan keluarga kita. Bisa jadi karena kuliah, bekerja ataupun tugas khusus yang mengharuskan kita hidup berjauhan dengan keluarga. Ketika jauh, kita baru akan merasakan betapa rindunya kita dengan sosok orang tua kita. Kita rindu untuk bisa melihat kesibukan ibu di pagi hari yang menyiapkan makanan. Rindu untuk bisa mencium punggung tangan ayah yang pamit untuk bekerja. Bila sudah berkeluarga, mungkin kita akan rindu menatap wajah Istri yang kita cintai mengantarkan langkah kita saat keluar rumah. Atau rindu  tawa anak-anak kita saat bermain petak umpet. Kerinduan-kerinduan itulah yang terus akan menjadi magnet dalam kehidupan kita untuk selalu kembali ke ‘istana’ terindah kita yaitu rumah tempat kita tinggal.
Keberhasilan yang kita capai hari ini tak akan bisa terwujud bila tak ada dukungan dari orang tua, istri dan anak-anak kita. Begitu besar kontribusi yang sudah mereka berikan ke dalam diri kita. Suntikan semangat dari keluarga yang selalu terinjeksi di saat kita berada di titik semangat terendah dalam episode kehidupan kita.
Keluarga, sumber motivasi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar