By : Dinar Apriyanto
Weekend kali ini terasa begitu
istimewa bagi saya dan tiga bidadariku – istri dan kedua putriku-. Kami
berkesempatan untuk ‘rihlah’ ke sebuah kota yang terkenal dengan buah Apel-nya
dan kalau tidak salah ingat, terakhir kali kami berkunjung ke kota ini mungkin
sudah hampir setahun yang lalu. Rasanya perjalanan kami pagi itu begitu nikmat,
karena selain me-refresh pikiran, sejak awal kami sudah niatkan juga untuk
melihat ke-Besar-an Alloh melalui alam yang dibentangkan di muka bumi ini. Selama
perjalanan-pun suasana belajar begitu kental, tak henti-hentinya kami gunakan
untuk mengajak kedua putri-ku melihat berbagai macam fenomena termasuk fenomena
sosial yang banyak ditemukan selama kurang lebih delapan jam perjalanan yang
akan ditempuh. Fenomena yang kami pelajari yaitu dari pengemis yang menggendong
bayi kecil, sekumpulan pemuda bertubuh gagah yang ‘hanya’ menghabiskan waktu
dengan melompat dari satu truk ke truk lain, para pedagang bakso dan rujak yang
begitu gigih mencari nafkah dan juga sampai fenomena kemacetan di jalan raya
yang sering disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Ah..Hampir-hampir
tiap saat, selalu saja ada saja fenomena yang bisa kami ambil hikmahnya. Hingga
suasana belajar itu ‘dihentikan’ oleh rasa kantuk yang menghinggapi kami
berempat...
Tepat pukul 16.00 di sore hari
tibalah kami di kota tujuan. Kamipun menuju sebuah hotel yang berada di sekitar
tempat wisata yang akan kami kunjungi keesokan harinya. Tiba di hotel, seorang
penjaga lobi hotel tersenyum melihat kedatangan kami, dan menunjukkan daftar
kamar yang sudah bertuliskan nama pemesan dan kamar, ada nama keluarga kami
dalam daftar itu, lalu petugas lobi hotel satunya sibuk mencari kunci di box
dan dalam hitungan detik kunci kamar bernomer 114 diserahkan petugas itu. “Silahkan
pak!” satu lagi petugas lobi mengambil tas coklat besar bawaan kami yang cukup
berat...kira-kira 50 meter dari lobi hotel, kami sampai di kamar “Triple Room” bernomor
114. Kelelahan perjalanan kami akhirnya terobati dengan tiga buah tempat tidur
nyaman yang sudah tertata begitu rapi.
Suhu kamar lumayan dingin, “AC-nya terlalu dingin!” pikirku dalam hati, sambil
melongok ke atas dan saya cari-cari letak AC-nya, oh..tak saya temukan AC di
ruangan ini, dan saya baru tersadar, bahwa ternyata dingin suhu di kamar ini
bukan karena AC, namun karena memang daerah ini dikelilingi pegunungan, dan
berada di dataran tinggi, sehingga wajar bila suhu kamar ini terasa seperti
terhembus dinginnya Air Conditioner.Mengingat masih butuhnya energi untuk
menikmati keindahan alam Kota Apel esok pagi-nya, kamipun malam itu memilih untuk segera istirahat dan rencana
untuk berkunjung ke beberapa tempat yang eksotis dan indah di kota ini sudah
menari-nari di atas lamunan kami sampai terbawa dalam bunga tidur kami berempat...
Suara Adzan subuh membangunkan
istirahat malam itu yang terasa panjang...Pagi itu hawa semakin dingin
suhu-nya, ditambah sinar matahari yang tampak ‘enggan’ menyinari kota ini. Namun
hawa dingin tak menyurutkan ‘semangat’ kami untuk bergegas mandi setelah
semalaman tertidur pulas...Pagi itu rasanya waktu berjalan begitu cepat karena
terlalu banyak hal yang sudah kami susun untuk berkunjung dan merasakan
beberapa keindahan tempat wisata di kota ini...Sebuah bus berkapasitas 60 orang
membawa kami ke sebuah tempat wisata yang berjarak kira-kira 3 kilometer dari
hotel tempat kami bermalam...Tempat wisata ini tampak dari kejauhan seperti
Istana, mungkin kastil, ah bukan...kerajaan...bukan juga, mungkin sejenis kebun
binatang, karena aksesoris di sekitarnya terlalu kuat menggambarkan suasana
alam yang begitu kental, dua buah patung gajah ukuran besar dan sebuah pohon
besar seukuran gedung bertingkat sepuluh lantai..wow...ah, apalah tempat ini
yang jelas tempat ini sudah menjadi referensi
ribuan pengunjung hampir setahun belakanghan ini, walaupun masih baru,
namun tempat ini sudah begitu terkenal hingga Mancanegara, kamipun masih
tertegun melihat begitu indahnya tempat ini...bergegas kami menuju pintu masuk
tempat wisata yang ternyata sudah penuh sesak oleh pengunjung yang tampak sudah
antri beberapa jam yang lalu...
Sekitar lima belas menit, kami
menemukan sebuah tempat yang kali ini tidak salah lagi, cocok untuk kedua putri
kami, sebuah wahana dengan papan bertuliskan “PLAYGROUND” menarik perhatian
kami. Dari kejauhan tembok berawarna warni, lantai beraneka rupa warna telah menyita
perhatian putri kami berdua...bola-bola warna, kursi kecil ala Taman
Kanak-kanak, boneka, mainan olah kecerdasan, ah lengkapnya....kamipun bermain-main
cukup lama di wahana ini sambil melepas rasa lelah dan men-‘charge’ baterai
tenaga yang terpakai untuk berjalan tadi...
Di ujung ruangan wahana ini,
tampak satu keluarga bercanda tawa ria, Bapak, ibu, dan tiga orang anak. Kebahagiaan
mereka tampak sempurna dengan seringnya pecah tawa-tawa ringan di tengah-tengah
obrolan mereka...’mirror neuron’ kebahagiaan itupun menular ke pikiran saya,
melihat begitu utuhnya kebahagiaan keluarga itu, rasanya sisa-sisa tenaga dalam
diri saya menjadi berkumpul kembali setelah cukup banyak menguap terpanaskan
aktivitas berjalan dan menggendong putriku tadi.....sayapun tak mau kalah
membuat suasana di tengah-tengah keluarga ku menjadi lebih hidup lagi...
Namun perasaan saya serasa berubah
180 derajat ketika melihat salah satu putri dari keluarga itu merangkak menuju
ke arah saya, Subhanalloh, anak perempuan yang kira-kira berusia satu tahun itu
terpasang selang cukup panjang di perutnya...dengan sabar, sang ibu memasukkan
selang yang ter-ulur ke dalam plastik...ketika putri kecil ini merangkak lagi,
maka selang kembali terulur dan si Ibu tadi mengulang kembali yang beliau
lakukan tadi, memasukkan selang-selang yang terulur panjang di sekitar anaknya
merangkak..dan kejadian ini terus berulang setiap kali si putri kecilnya
merangkak...Namun di tengah kesibukan sang ibu mengurus selang-selang itu,
senyum tulus selalu mendarat di bibirnya...si putri kecilpun balas membalas
dengan senyuman yang polos dan manis...sesekali sang Ibu memegang tangan putri
kecilnya ini dan mengajak belajar berjalan... dan tentu selang panjang itu
cukup membuat ribet keduanya, namun tampaknya selang itu tidak menjadi
penghalang kebahagiaan ibu dan putri kecilnya ini yang begitu bersemangat untuk
menjelajah ruangan yang penuh aneka mainan ini...
Saya beranikan diri bertanya pada
sang Ibu ‘hebat’ ini..”ibu, mohon maaf kalau boleh tahu, putrinya sakit apa ya?”
tanya saya ke Ibu itu. “Oh, kemarin anak saya operasi gagal ginjal mas dan dia
juga mempunyai kelainan tidak memiliki lubang anus!” jawab ibu itu ringan
dengan wajah tegarnya yang nampak kuat terpancar... “Sejak lahir, memang sudah
seperti ini mas...!” kata ibu ini menutup penjelasannya... Sayapun kemudian
mengajak bermain putri kecil ibu ini bersama dua putri saya...suasana semakin
seru termasuk ibu dan putri kecilnya inipun hanyut dalam suasana permainan...meskipun
dalam hati saya masih berpikir tentang kondisi keluarga ibu ini dan putrinya...
Saya tersadar, dalam membersamai
putri saya selama ini, sering terselip rasa-rasa lelah, sering alasan capek
menjadi penggugur kewajiban untuk membersamai bermain bersama mereka...Bila
dibandingkan kondisi ibu dan putri kecilnya tadi, saya jadi merasa malu di
hadapan Alloh, mengapa saya yang diberi karunia dua putri yang begitu ‘sempurna’
masih belum optimal untuk membersamai masa kecil-nya, sementara Ibu yang saya
temui hari itu begitu ikhlas dan menerima dengan kondisi putrinya yang ‘tidak
normal’. Beliau begitu total untuk membersamai hari-harinya yang meskipun ‘berat’
namun tampak begitu ringan karena senyuman tulus yang selalu menyembul, belaian
yang begitu ikhlas, dan kasih sayangnya yang begitu hangat menemani detik-demi
detik aktivitas kebersamaan mereka.
Belajar dari Ibu super Sabar ini,
saya menjadi paham, apa itu makna menjadi orang tua sejati, apa itu makna ‘hadir’
dalam hidup anak-anak kita, makna sabar dalam mendidik anak dan makna
keikhlasan hidup... secara tersirat ibu itu memberi pesan cukup panjang bahwa, “Jadilah
Orang Tua Hebat sebagai hadiah untuk anak kita yang kelak akan meng-Hebatkan
diri kita...!”
Malang, 18 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar