Konsultasi Anak

Rubrik ini diasuh oleh 


1. Novita Eka Putri, S.Si 
(Lulusan Biologi UGM ini menyukai dunia anak dan dipercaya menjadi Kepala Sekolah di salah satu sekolah di Kabupaten Klaten)

2. Rahma Ayu Maharani
 (Berbekal pengalamannya menekuni bidang Bimbel untuk anak, Rahma yang aktif di Jurusan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta sangat concern mengembangkan skillnya dalam dunia anak)


1. MENANGIS

Sungguh menarik ketika dalam masa bersama keluarga ini sebagian kita dihadapkan pada tantangan komunikasi sepanjang masa, yaitu berurusan dengan anak kecil. Menangis, mengamuk, tantrum, mengintimidasi, ngeyel atau bandel, serta perilaku mereka lainnya yang bisa kita ringkas dalam satu kata: MENYEBALKAN!

Ada beberapa level usia anak kecil di sekitar saya, dari yang usia satu minggu, playgroup, TK, SD, SMP, dan akhir SMP. Nyeri di kepala saya terasa lebih parah berlipat-lipat karena sepupu (atau ponakan, entahlah) saya yang dua tahun menangis berteriak-teriak hampir satu jam. Grrr!! Sedang sariawan rupanya. Kita kadang tidak sabar dan terintimidasi pada tangisan anak kecil. Tangisan mereka bisa berakhir dengan dua ending; mereka mendapat yang mereka inginkan, atau mereka diam karena takut setelah kita tekan.

Kita kadang lupa bahwa menangis adalah salah satu cara anak berkomunikasi, mungkin hampir sama nilainya dengan kita bicara. Semakin tua akan semakin sedikit tangisan yang dilakukan. Mengapa? Karena semakin tua, kita akan semakin banyak mengenal kata. Kita jadi tahu bagaimana harus mengekspresikan atau mengungkapkan yang kita rasakan. Ini murni teori saya :D

Tangisan anak bisa terjadi saat mereka marah, kesal, sakit, bingung, frustrasi, atau saat mereka tidak tahu apa yang mereka rasakan. Lucu sebenarnya. Betapa kasian sekali makhluk-makhluk ajaib itu. Mereka ingin mengungkapkan yang mereka rasakan namun mereka tidak punya kata-kata yang tepat untuk memahamkan orang-orang dewasa di sekitar mereka. Dan kita tahu apa yang biasa kita lakukan ketika mereka mulai menangis atau berteriak-teriak? Yap, sebagian dari kita justru ikut berteriak dan tidak sabar.

Saya hampir memutuskan tidak jadi berbelanja di sebuah toko saat saya melihat seorang ibu memarahi kedua anaknya yang sudah menangis cukup keras. Kejadian ini sungguh membuat saya stress. Sampai saya keluar dari toko itu, saya bertemu lagi dengan ibu itu, masih dalam kondisi yang sama, yaitu memarahi anaknya yang masih juga menangis. Haduh! Mual saya.

Memang sepintas mendengar teriakan dan tangisan mereka sangat menjengkelkan. Namun memang begitulah jengkelnya mereka ketika orang-orang dewasa di sekitar mereka tidak juga memahami apa yang mereka rasakan.

USE YOUR WORDS
Mungkin terdengar terlalu behavioris, namun saya suka memperhatikan bagaimana Nanny 911 meredamkan anak yang berteriak-teriak. Biasanya ia akan mendudukkannya, terkadang dalam pelukan, memandang ke wajahnya, tetap terlihat tenang, lalu menanyakan apa yang terjadi pada anak itu.
“mengapa kamu menangis?”
“ada yang membuatmu marah, kesal, atau ...?”
Dan yang juga penting, katakan: “aku tidak paham jika adik berteriak-teriak. Apa yang terjadi?”
Mungkin terdengar konyol, memangnya anak bisa diajak ngobrol gitu? Percayalah anak kecil jaman sekarang cukup cerdas memahaminya. Paling tidak dia tahu bahwa kita ada untuk membantu mereka. Dan ini akan membantu mereka bersikap asertif. Ketika mereka membutuhkan sesuatu, mereka tidak akan berteriak tapi berkata-kata.

“...if they dont have the words, give them words!”
Jika mereka kesulitan mengungkapkannya, maka tugas kitalah untuk membantunya mengungkapkan yang ia rasakan.
Tetap terlihat tenang adalah poin yang penting. Jika anak kita menangkap kesan kita kesal, atau marah, maka ia justru bisa semakin frustrasi. Stay cool! Dont let them intimidate you... anak kecil itu secara tidak sadar mengintimidasi orang dewasa dengan tangisannya. Mereka sering menggunakan tangis untuk membuat kita mengabulkan keinginan mereka. Pokoknya I cry I get!

“kenapa, dek? Kenapa, kenapa? Ada apa kok menangis?” secara esensi memang kita ingin membantunya. Tapi berhati-hatilah dalam menggunakan kata. Maksud yang ditangkap bisa berbeda jika kita tidak pandai memilih kata.
Percayalah, sungguh anak-anak kecil itu sangat senang mendengarkan kita, jika kita mau mendengarkan mereka.

Ayok, siapa yang masih jengah dengar anak nangis? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar