Jumat, 02 Desember 2011

Anda ingin punya anak berkualitas ?





By : Rahma Ayu Maharani 
(Pemerhati anak, Biologi Universitas Negeri Yogyakarta)

Tak harus menunggu punya istri dan berkeluarga...sejak sekarang kita kudu tahu..bagaimana mempersiapkan generasi berkualitas....

Pelajaran untukku yang pertama

Anak adalah tumpuan harapan orang tua,dalam hati setiap ayah dan bunda pasti memiliki harapan terhadap anaknya,yang pasti harapan baik bagi anaknya,yang bisa jadi orientasinya  pada msing masing orang tua berbeda,ada yang orientasi akhirat,dunia maupun keduanya.mendidik anak itu bukan perkara yang mudah butuh kesabaran dan kecerdasan. Maka, tidak salah pula bila dikatakan untuk menikah dan kemudian memilki anak itu butuh ilmu syar‘i, baik pihak istri, terlebih lagi pihak suami sebagai qawwam (pemimpin) bagi keluarganya. Karena dengan ilmu yang disertai amalan, akan tegak segala urusan dan akan lurus jalan kehidupan. Namun sangat disayangkan, sisi yang satu ini sering luput dari persiapan dan sering terabaikan, baik sebelum pernikahan terlebih lagi pasca pernikahan.oleh karena itu persiapkanlah dengan sebaik mungkin semampu kita,
Sebagai mana perkataan seorang penyair:
Siapakah menurutku yang paling berhak dengan pendidikan kaum wanita
Bahwasannya berada didalam kejelekan sebagai sebab kegagalan
Seorang ibu adalah madrasah atau sekolan
Apabila engkau mempersiapkannya
Berarti kau telah siapkan suatu bangsa yang baik akar dasarnya
Seorang ibu adalah taman kehidupan andai engkau memperhatikannya
Dengan pemamdangan airnya yang jernih
Niscaya akan indah kapanpun dipandang
Seorang ibu merupakan gurunya para guru
Yang penuh dengan kenikmatan
Kesibukan jasa ,kemuliaan mereka akan sepanjang masa dibutuhkam
dan kita memohon kepada Alloh swt semoga mengkaruniakan kepada kita kabaikan pemeliharaan dan tanggung jawab yang besar yang berada di pundak orang tua.
Kemudian dalam mendidik anak haruslah menyesuaikan dengan tingkatan atau fase dan pemahaman seorang anak(dalam buku untukmu Muslimah kupersembahkan nasehatku  dari kitab yang berjudul asli nasehatiy Lin-nisaa’ yang ditulis oleh ummu ‘Abdillah al Wadi’iiah ) dalam buku ini dicontohkan:
1.    Fase pertama :membimbing anak mengucapkan lafazh sambil member isyarat dengan telunjuk ke langit.
2.    Fase kedua : jika member sepotong roti atau yang lainnya berikanlah dengan melalui tangan kanan.
3.    Fase ketiga: jika makanan masih panas jangan engkau meniupnya supaya dingin, karena nabi melarang bernafas dalam tempat makanan atau minuman.
4.    Fase keempat : ketika anak telah berumur kurang lebih satu setengah tahun.,bila ingin minum atau makan bimbinglah untuk mengucapkan bismillah.
5.    Fase kelima : apabila engkau telah dapati anak sudah bisa mengerti rukun rukun islam dan iman maka ajarilah dia.
6.    Fase keenam: ajarilah anak itu tata cara ber wudhu’
7.    Fase ketujuh : apabila ia makan dari sebuah bejana maka katakana kepadanya ,bahwa hendaklah ia makan apa yang ada didekatnya.
8.    Fase kedelapan: biasakanlah ia didalam kebaikan ,ketika umurnya telah menginjak tujuh tahun ,latihlah ia untuk melaksanakan sholat.
9.    Fase kesembilan :memisahkan tempat tidur anak anak jika telah berumur sepuluh tahun
10. Fase kesepuluh: latihan berpuasa jika sudah mampu dengan tujuan bila sudah besar ia terlatih untuk melakkannya.
11. Fase kesebelas: ajarilah anakmu aqidah yang benar.
12. Fase kedua belas wasiatkanlah kepada anakmu, seperti luqman member wasiat kepada anaknya.
13. Fase ketiga belas: ajarilah untuk meminta ijin terlebih dahulu jika hendak masuk.
14. Fase keempat belas:beritahukanlah kepadanya perkara perkara yang dilarang
15. Fase kelimabelas:jelaskan padanya ayt atu hadist yang kau bacakan padanya
16. Fase keenambelas: ikatkan hatinya pada Allah
17. Fase ketujuhbelas: pentingkan dengan hafalan Al Qur’an
18. Fasekedelapanbelas : jangan kamu membiarkan anak anakmu bergaul dengan anak anak yang tidak terdidik atau bodoh
Seorang anak akan mengingat
Apa yang diberikan kepadanya
Dan tak akan lupa
Karena hatinya seperti permata yang murni
Maka ukirlah diatas hatinya
Apa yang kau kehendaki dari berita
Maka kelak nanti ia akan membawanya
Dari seluruh apa yang ia hafal
19. Fase kesembilanbelas: jangan membiarkan anak keluar rumah ketika sore karena sesungguhnya para syaithan berkeliaran pada waktu itu dan mungkin bisa membahayakan anakmu.
20. Fase keduapuluh:biarkanlah anak itu sekali waktu untuk menyenangkan dirinya karena jika anak itu selalu dilarang bermain,barangkali akan membuat kecerdasanya hilang  dan anak akan jenuh serta bosan
21. Fase keduapuluhsatu:bersemangatlah untuk membiasakan anak anakmu untuk duduk bersama orang orang sholih.











Pelajaran untukku yang kedua
Bagi ayah dan bunda,ketika melihat permata hatinya tumbuh begitu lincah dan menggemaskan,mendengarkan celotehan pertamanya serasa tak ada yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada Rabb seluruh alam! Betapa bahagia rasanya memandang dan menikmati segala tingkah dan celotehnya. Bagi orang tua Anak adalah tumpuan harapan. Segala impian terbaik tertumpah pada dirinya. Bahkan hampir setiap orang tua menginginkan agar buah hati mereka mendapatkan apa pun yang lebih baik daripada dirinya, tak peduli harus membanting tulang dan memeras keringat sepanjang siang dan malam. Anak berbeda dengan orang dewasa,daya piker dan imajinasinya masih sederhana dan membuat terkadang kita kesulitan untuk mengajarkan nilai nilai kebaikan yang sifatnya abstrak.namun sesulit apapun pasti aka ada jalan.
Seorang anak akan tumbuh dan berkembang dan dia tidak akan selamanya hanya bersama kita,dia akan berada dilingkungan yang luas, dengan lingkungan pertemananya, lingkungan belajarnya, lingkuangan masyarakat dll.dan tidak selamanya yang kan ia dapat dari itu semua adalah suatu yang baik,terlebih lagi saat ini tampak banyak kerusakan yang tersebar, dan kita tidak ada yang berharap anak kita akan tejatuh turut jatuh dalam kerusakan itu. Bahkan mestinya setiap ayah dan ibu berharap anak mereka terjauh dari semua itu. Lebih dari itu, mestinya setiap ayah dan ibu berharap agar buah hati mereka mampu mengubah keburukan menjadi kebaikan, sesuai kemampuan yang ada pada mereka.
bergaul dengan orang-orang yang baik, dan mengupayakan diri untuk tetap bersama mereka serta bergaul dengan mereka, walau mereka adalah orang-orang yang fakir juga merupakan hal yang baik. Karena bergaul bersama mereka membuahkan faidah yang tidak terhitung banyaknya. Dengan begitu, orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih kawan, teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua menjelaskan kepada anak tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan bergaul dengan orang-orang shalih, dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka melakukan kejelekan ataupun teman yang jelek. (Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 154)
Dan Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mencari tahu setiap keadaan anak, menanyakan tentang teman-temannya. Betapa banyak terjadi seorang anak yang jelek mengajak teman-temannya untuk berbuat kemungkaran dan kerusakan, serta menghiasi perbuatan jelek dan dosa di hadapan teman-temannya. Padahal anak kecil seringkali meniru, suka menuruti keinginannya serta suka mencari pengalaman baru. Oleh karena itu, orang tua hendaknya berupaya agar anak berteman dengan teman-teman yang baik dan shalih, serta berasal dari keluarga yang baik. Di samping itu juga berupaya untuk memuliakan teman-teman si anak agar mudah memberi bimbingan dan arahan pada mereka dan mereka pun akan bersikap lembut di hadapan orang tua. (Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 155)
Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun dengan hal itu mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus (mata-mata). Ini tentu saja dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya Allah
k tidak menyukai kerusakan. (Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 156)
sumber bacaan: untukmu Muslimah kupersembahkan nasehatku  dari kitab yang berjudul asli nasehatiy Lin-nisaa’ yang ditulis oleh ummu ‘Abdillah al Wadi’iiah dan asy syariah.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar