Selasa, 29 November 2011

Anak Mudapun bisa memiliki kekayaan 50 miliar dolar... Mau Tahu?




By: Farida Umi Inayati (Owner Sakina Butik Muslimah ONLINE)

            Bagaimana cara membangkitkan jiwa mandiri pada para pemuda muslim? inilah pertanyaan penting yang perlu kita pecahkan. Banyak pemuda muslim tidak sadar akan kondisi umatnya sendiri. Ketidakpahaman tersebut membuat mereka cenderung hanya senang berleha-leha dan acuh tak acuh pada umat islam. Maka, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memahamkan pada mereka bangaimana sebenarnya kondisi umat ini. Sebagai orang yang paham hendaknya memberikan penjelasan yang menyentuh hati nurani mereka, sehingga dengan penuh keikhlasan bersedia bergerak untuk kemajuan umat. Tentu, semangat mereka untuk mandiri pun bangkit. Para pemuda muslim tentu akan berusaha memberikan sumbangsih nyata dengan kemandirian mereka bekerja dan berusaha. Mereka tentu ingin bekerja dan menjauhi kemiskinan yang merongrong umat islam. Berwirausaha bisa menjadi pilihan yang tepat. Berwirausaha menjadi bukti nyata kemandirian pemuda muslim.
            Langkah lain adalah dengan memahamkan pada mereka urgensi dan manfaat berwirausaha. Sebagai muslim, sebenarnya kita tidak perlu jauh-jauh mencari motivasi berbisnis. Memang di luar sana banyak seminar entrepreneurship, pelatihan/training wirausaha, buku-buku yang mengupas habis motivasi berwirausaha dan tawaran-tawaran lain untuk mengenal manfaat dan urgensi berwirausaha. Namun, bila kita sering membaca Al Qur’an maka akan kita jumpai banyak ayat-ayatNya yang memotivasi kita untuk berwirausaha. Hadist-hadist nabi berkenaan dengan wirausaha pun banyak, yang seharusnya bisa mendorong kita untuk berwirausaha. Sayangnya, ayat-ayat Qur’an dan hadist nabi terkait berwirausaha jarang dikaji bersama. Maka, berikut ini ada beberapa manfaat dan urgensi mengapa kita harus berwirausaha.
            Pertama, berwirausaha merupakan cara untuk memaksimalkan potensi diri yang dikaruniakan Allah SWT pada hamba-hambaNya. Allah SWT telah memberikan manusia tiga potensi yang harus dimaksimalkan sebagai wujud syukur kita padanya. Tiga potensi tersebut adalah hati, akal, dan jasad. Semua potensi tersebut akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (Al Israa’: 36).
            Bila potensi tersebut hanya kita biarkan saja, maka sungguh kita termasuk orang yang merugi dan tidak pandai mensyukuri karuniaNya. Berwirausaha merupakan salah satu langkah untuk memaksimalkan potensi yang telah diberikan Allah SWT tersebut. Berwirausaha mengasah akal untuk melahirkan ide-ide kreatif dan inovasi yang tiada henti. Menciptakan suatu usaha baru tentu dibutuhkan hati untuk merasakan apa yang pantas dan yang tidak. Kita perlu menghadirkan hati dalam setiap langkah meraih peluang-peluang usaha, membangun jaringan dengan mitra, dan dalam mengambil setiap keputusan. Potensi hati tidak boleh dikesampingkan begitu saja, karena dengannya ruh dan jiwa wirausaha akan terasa. Kerja keras pun terasa lebih nikmat bila hati ikhlas dan ridha. Potensi jasad pun jelas akan terasah dengan wirausaha. Tubuh akan bergerak dengan penuh semangat untuk meraih targetan-targetan yang telah ditetapkan. Jasad akan terpenuhi haknya untuk bergerak dan bekerja. Sungguh, berwirausaha mengantarkan kita pada hamba yang beryukur, yakni hamba yang pandai memanfaatkan potensi dirinya.
            Kedua, wirausaha merupakan pintu rezeki yang utama. Bila kita tilik dalam jajaran sepuluh orang terkaya di dunia versi Majalah Forbes, maka akan kita temukan nama: William Gates atau Bill Gates dengan Microsoftnya, memiliki total kekayaan 50 miliar dolar. William Buffer menjadi orang terkaya kedua dan memiliki kekayaan 42 miliar. Carlos Slim Helu, orang terkaya ketiga dengan kekayaan 30 milliar dolar. Ingvar Kampard, dengan IKEA menjadi orang terkaya keempat dengan kekayaan 28 miliar dolar. Lakshmi Mittal dengan Mittal Steel-nya memiliki total kekayaan 23,5 miliar dolar. Paul Allen orang terkaya keenam dunia memiliki total kekayaan 22 miliar dolar. Bernard Arnault dengan bendera bisnisnya “Cristian Dior”, memiliki total kekayaan 21,5 miliar dolar. Orang terkaya kedelapan, Pangeran Al Waleed bin Talal Al Saud dengan kekayaan 20 miliar dolar. Orang terkaya kesembilan yakni Kenneth Thomson dengan kekayaan 19,6 miliar dolar. Dan orang terkaya kesepuluh, Li Ka Shing, terkaya di Asia dengan kekayaan 18,8 miliar dolar.
            Bisa kita bayangkan betapa banyak harta kekayaan yang mereka miliki. Lantas, bagaimana dengan orang terkaya di Indonesia? Sukanto Tanoto, dengan Raja Garuda Mas-nya memiliki total kekayaan 2,8 miliar dolar. Putera Sampoerna dengan total kekayaan 2,1 miliar dolar. Eka Tjipta Widjaja dengan Sinar Mas Group yang dimilikinya, punya total  kekayaan 2 miliar dolar. Rachman Halim memiliki total kekayaan 1,8 miliar dolar. R Budi hartono dengan total kekayaan 1,4 miliar dolar. Aburizal Bakrie dengan total kekayaan 1,2 miliar dolar. Eddy William Katuari memiliki kekayaan senilai 1 miliar dolar Trihatma Haliman total kekayaan 900 juta dolar. Arifin Panigoro memiliki Medco Energy International  dengan total kekayaan 815 juta dolar, dan Liem Sioe Liong dengan Salim Group-nya memiliki total kekayaan 800 juta dolar.
            Bagaimana mereka sampai sebegitu kayanya? Apa profesi mereka? Apakah mereka presiden, politisi, pengacara, dokter, atau artis? Mereka adalah para pebisnis ulung. Fakta tersebut menunjukkan bahwa kekayaan dikuasai orang para pebisnis. Keyataan ini pun sebenarnya telah dinyatakan oleh Rasulullah SAW 14 abad yang lalu. Beliau bersabda: “Hendaklah kamu berdagang, karena di dalamnya terdapat 90 persen pintu rezeki”
(H.R Ahmad). Pernyatan tersebut benar adanya. Selama manusia membutuhkan sandang, pangan, papan maka selama itu pula bisnis akan selalu ada. Semua produk yang ada di pasaran, semuanya didistribusikan dan dijual oleh para pelaku bisnis.
            Diagram tersebut menunjukkan bahwa pintu rezeki 90% bisa didapatkan dari hasil berbisnis, sementara 10% bisa diperoleh dari profesi lainnya. Pintu 10% yakni profesi-profesi selain berbisnis tersebut sudah terlalu sesak bila harus kita masuki. Di sisi lain, pintu 90% masih terbuka lebar bagi kita untuk berbisnis. Apakah kita memilih untuk berdesak-desakkan di pintu 10% yang sudah padat tersebut dan siap terdepak darinya?
            Ketiga, berwirausaha merupakan profesi yang mulia. Mari sejenak kita menengok sejarah, para nabi terdahulu pun ternyata juga berlatar berlakang sebagai pebisnis. Nabi Daud, misalnya, dengan tanpa rasa sungkan telah menyatakan dirinya sebagai pengarajin daun kurma untuk dibuat keranjang dan kerajinan tangan lainnya. Nabi Idris adalah seorang penjahit. Nabi Zakariya dikenal sebagai pebisnis kayu. Nabi Musa dikenal sebagai peternak. Serta tentu saja, nabi kita, Muhammad SAW adalah seorang pebisnis handal yang selalu mendapatkan keuntungan besar.
“Sesungguhnya sebaik-baik mata pencaharian adalah seorang pedagang” (H.R Baihaqi).
Ternyata, pekerjaan ini dilakukan oleh para nabi dan para orang shalih lainnya. Allah SWT pun menjanjikan pada para pedagang yakni kebersamaan dengan orang-orang mulia.
Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya (amanah) adalah bersama para nabi, orang-orang yang membenarkan risalah Nabi SAW (shaddiqin), dan para syuhada (orang yang mati syahid)” (H.R. At Tirmidzi).
            Keempat, berwirausaha merupakan jihad. Menilik sejarah masuknya islam ke Indonesia tak bisa lepas dari peran para pedagang muslim yang singgah di negeri ini. Para pedagang muslim berdatangan ke negeri kita dan menyebarkan ajaran Islam hingga detik ini kita bisa merasakan nikmat dan indahnya Islam. Gerakan-gerakan Islam yang ada di Indonesia pun tak luput dari campur tangan para pedagang untuk menegakkan kas-kas keuangan mereka. Berdagang bisa menguatkan sumber daya ekonomi hingga mereka sanggup mendirikan sekolah, rumah sakit, universitas, panti asuhan tanpa bantuan pihak lain. Sayangnya, kini kejayaan gerakan Islam mulai meredup lantaran mereka kehilangan tulang punggungnya yakni para pengusaha. Banyak eksponen gerakan Islam bukan lagi pengusaha, melainkan para pegawai. Tentu saja, mentalitas pegawai dan pengusaha pun berbeda.
            Maka, salah satu cara untuk mengembalikan kejayaan islam adalah dengan memunculkan para pengusaha muslim yang akan menjadi tulang punggung pengisi sumber daya ekonomi gerakan Islam. Jadikanlah bisnis sebagai jalan jihad!
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”
 Ali Imran: 142
            Dalam terjemahan Al Qur’an Departemen Agama, jihad bisa berarti berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam, memerangi hawa nafsu, mendermakan harta benda untuk kebaikkan Islam dan umat Islam, memberantas yang batil, dan menegakkan yang hak. Bila kita mendermakan harta untuk kebaikkan Islam dan umat Islam dapat dimaknai sebagai bentuk jihad. Sungguh amat merugi bila kita melewatkan jalan jihad ini begitu saja. Jika ada praktik bisnis kotor yang hanya berorientasi pada keuntungan, maka itulah jihad kita. Berjihad agar apa yang sedang kita usahakan selalu berjalan sesuai syariat sehingga menghasilkan harta yang halal dan berkah.
            Kelima, berwirausaha merupakan ladang amal jariyah. Tentu masih melekat dalam benak kita bahwa yang bisa menolong kita di akhirat kelak salah satunya adalah amal jariyah. Sebuah hadist nabi menyebutkan: “Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya” Luar biasa, pekerjaan wirausaha tidak hanya mengantarkan pelakunya meraih kesuksesan di dunia, namun juga membantu para pelakunya untuk sukses di akhirat pula.
            Kini, agama dan bangsa ini tengah menantikan hadirnya para pemuda muslim yang bersemangat membangkitkan jiwa mandirinya untuk berwirausaha. Umat Islam telah menantikan segolongan manusia yang berjuang dengan hartanya yakni dengan menjadi entrepreneur muslim. Mereka tidak sekadar mencari nikmatnya dunia, namun lebih berorientasi pada masa depan di akhirat kelak. Mereka adalah para pengusaha muslim yang akan mendorong terwujudnya kembali kejayaan Islam. Sungguh, apakah engkau tidak ingin berkontribusi membangun umat ini melalui harta yang engkau sedekahkan untuk mengisi kantong-kantong finansial perjuangan? Ataukah engkau masih berhasrat mengejar-ngejar pintu yang hanya sebesar 10% sementara di luar sana banyak terdapat pintu yang bisa mengakomodir segala kepentingan dengan berbisnis. Lantas, apalagi yang kita tunggu untuk segera memulai usaha yang ternyata bisa menolong kita kelak di akhirat? Segera pikirkan ide bisnis brilianmu, ambil pena, dan mulailah merancang bisnis! InsyaAllah, kesusksesan di tangamu! Dan rasakan sensasi menjadi pengusaha!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar