By : Dinar Apriyanto
Tak terbayangkan empat tahun yang
lalu ketika saya masih berstatus pria lajang. Pergi kemanapun selalu sendiri,
dari sibuk beraktivitas dari satu sekolah ke sekolah lain, loncat dari sebuah Instansi
ke Instansi ataupun terbang ke kota satu ke kota lain dengan masih memendam
rasa ‘Galau’ kalau anak muda sekarang bilang. Ya, karena masa sendiri seorang
laki-laki tak bisa dipungkiri akan dekat dengan rasa ‘Galau’. Mungkin kalau
dianggap kesimpulan tidak juga, karena bisa jadi ada pria lajang yang pandai
menjaga diri dan tidak galau di kala kesendiriannya. Namun paling tidak pria
lajang merindukan ‘someone’ yang bisa menemani-nya sekedar berbagi cerita dan
kisah. Yah, kini tidak terasa, dari pernikahan kami empat tahun lalu telah
lahir dua bidadariku.
Bidadari pertama saya dan Istri
sepakat untuk memberikan nama terbaik untuknya yaitu “Fatimah Az Zahra”. Nama itu sudah saya
siapkan jauh sebelum saya menikah.Tepatnya ketika saya mendengar sebuah kajian
tentang kehebatan Putri Rasululloh bernama Fatimah yang begitu dicintai Sang
Nabi. Putri pasangan Terbaik di muka bumi ini yaitu antara Baginda Rasul dengan
Ibunda Khadijah ini merupakan putri teladan muslimah yang kehidupannya begitu
persis dan dekat seperti yang dialami ayahanda-nya, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Kesederhanaannya, kerja kerasnya,
dan perjuangannya dalam membela Islam begitu nyata terlihat sejak kecil hingga akhir
kehidupannya bersama sang suami tercinta Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Begitu
kuat motivasi saya menamakan putri pertama saya dengan nama ini, karena Fatimah
pula menjadi salah satu wanita yang oleh Rasululloh dijanjikan Syurga.
Detik-detik Rasululloh dipanggil oleh Rabb Semesta Alam , Fatimah menjadi salah
satu putri yang setia menemani beliau dan menjadi salah satu saksi sebuah
peristiwa yang begitu menyedihkan bagi siapapun yang menyaksikan, hingga
Khalifah setelah beliau wafatpun tidak sanggup mengabarkan berita wafat-nya
Rasululloh saat itu karena begitu sedihnya. Dan hingga akhir wafat-nya Uswah
teladan kita ini, Fatimah terbukti menjadi salah satu putri yang setia kepada
Rasul hingga Fatimah-pun dipanggil oleh Alloh dalam keadaan terbaik-nya.
Rasululloh sering memanggil Fatimah dengan julukan Az Zahra yang bermakna
bunga. Maka nama “Fatimah Az Zahra” kami pilih pada saat kelahiran putri kami
yang pertama.
Bidadari kedua kami bernama “Aisyah
Nur Hafidzah”. Bisa jadi dikatakan ‘obsesi’ kami untuk menamakan keturunan kami
dengan nama-nama keluarga Rasullulloh. Ya, tak jauh dari bidadariku yang
pertama, nama putri kedua kamipun kami pilih tidak jauh dari nama keluarga
Rasul yaitu ‘Aisyah, Istri Rasullulloh. Dalam tarikh Islam, ‘Asiyah merupakan
salah satu wanita yang banyak meriwayatkan hadist Nabi. Di samping usianya yang
masih muda ketika Rasululloh diangkat menjadi Nabi, ‘Aisyah juga merupakan
Istri nabi yang sangat dekat dengan Rasululloh, hingga beliau sanggup dengan
detail meriwayatkan hadist-hadist tentang Rasululloh. ‘Aisyah juga termasuk
keluarga Rasul yang senantiasa menjaga kemurnian Islam sepeninggal wafatnya
Rasululloh SAW. Maka nama ‘Aisyah kami pilih untuk nama depan putri kedua kami.
Nur bermakna cahaya, yang kami harapkan menjadi cahaya bagi kedua orang tuanya
baik di dunia maupun di akhirat nanti. Dan Nur yang akan dibawa oleh putri
kedua kami tersebut kami harapkan muncul dari Hafidzah, hapalan Qur’annya yang
terjaga hingga akhir hidupnya. Hingga predikat Hafidzah itu mampu memberikan
syafaat bagi kedua orang tuanya di akhirat nanti.
Amin ya Alloh, semoga do’a kami
untuk kedua putri kami itu akan menjadi sebab bagi Alloh mempermudah jalan kami
menuju ke Syurga. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar