By: Dinar Apriyanto
Sepekan yang lalu bidadariku, si
bungsu, mendapatkan anugerah Juara 1 dalam sebuah perlombaan di sekolah
kindergarten-nya. Ekspresi si Bungsu
sore itu begitu bahagia ketika melihat saya pulang. Sambil berlari, dia
membawa piala yang baru pertama kali didapatkan selama hampir satu tahun
sekolah sejak usianya menjelang 2 tahun.
Begitu bersemangatnya dia ingin menunjukkan piala kebanggaannya itu,
sampai-sampai ketika berlari, tiba-tiba ia terjatuh dan piala yang dipegangnya
jatuh dan pecah di bagian penyangga-nya. Sontak, saya langsung menghampiri dan
membantu-nya berdiri sambil memungut kepingan pecahan penyangga piala yang
berserakan di sekitar tempat jatuh. Ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi
sedih, dan hampir-hampir pecah tangisnya hingga Istriku berhasil meredam
tangisnya.
Alhamdulillah, pagi ini, piala
itu sudah kami perbaiki dan pagi ini saya ambil fotonya plus piala
kesayangannya. Ekspresi bahagia-pun kini hadir kembali setelah pialanya kembali
seperti semula. Saudaraku, sekecil apapun prestasi yang diraih oleh anak-anak
kita, tentu menjadi bentuk syukur tersendiri bagi kita sebagai orang tua. Semasa
kita menikah, ketika masih duduk bersanding di atas mahligai pernikahan. Tentu
salah satu do’a yang sering di ucapkan oleh saudara-saudara kita yang hadir
dalam pernikahan adalah “semoga cepat dapet momongan ya..!”. Do’a ini sangat
lazim kita dengar sebagai hadiah do’a kepada kedua mempelai. Tak terkecuali
saya yang empat tahun lalu ketika menikahpun mendapatkan do’a yang serupa. Saya
jadi teringat nasehat seorang Ustadz dari Jogja yang sangat intens menuliskan
buku tentang pernikahan. Dalam sebuah bab yang saya baca tentang “ do’a untuk
kedua mempelai” beliau memaparkan sebuah hadist yang cukup mengagetkan saya.
Karena ternyata do’a yang lazin diucapkan untuk kedua mempelai yaitu “segera
dapet momongan ya!” itu ternyata tidak dicontohkan oleh Uswah kita Rasululloh.
Karena Rasululloh mencontohkan do’a untuk kedua mempelai yaitu “Barokallohu
laka wa baaroka ‘alayka wa jama’a bayna kuma fii khoyr” yang kurang lebih
secara umum bila diartikan adalah kita mendo’akan agar kedua mempelai
memperoleh barokah dalam pernikahannya, bukan semata-mata mendapatkan momongan.
Subhanalloh, saya mendapatkan ilmu baru dari buku Ustadz ini.
Ketika bicara masalah mendidik,
suatu siang saya berkesempatan konsultasi dengan seorang pakar Psikologi dari
Yogyakarta. Bapak pakar Psikologi itu memaparkan secara jelas bahwa banyak
sekarang ini diantara sekolah-sekolah yang
salah dalam menerapkan konsep belajar di sekolah, bahkan beliau
menunjukkan sebuah fakta tentang kesalahan konsep belajar yang diterapkan di
sekolah telah menjadikan sekitar 76%
siswa SLTP di sebuah negara Adidaya di dunia ini mengalami kesulitan memahami
konsep matematika dikarenakan salah dalam menerapkan konsep belajar. Dan Bapak
pakar Psikologi yang saya temui siang itu menutup perkataannya dengan menjelaskan
bahwa sekarang ini banyak sekolah dan orang tua yang tidak mau belajar dan
meng-upgrade kemampuannya dalam mendidik anak, sehingga mereka salah dalam
memahami konsep pendidikan anak.
Saudaraku yang budiman, bila dikaitkan makna berkah yang Alloh karuniakan melalui anak-anak kita, maka marilah kita belajar menjadi orang tua yang terbaik untuk selalu mendampingi anak-anak kita agar mereka mampu tumbuh sesuai dengan potensi yang Alloh telah anugerahkan. Jangan sampai berkah, dari anak-anak kita itu tidak bisa kita rasakan gara-gara kita salah dalam mendidik atau bahkan keberkahan Alloh cabut gara-gara kita tidak pandai bersyukur dengan hadirnya putra-putri dalam kehidupan kita. Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar