Rabu, 02 Januari 2013

Menikah (Menyegerakan atau Tergesa-gesa) By: @DinarApriyanto




Ketika saya kuliah semester 7, ada salah satu teman dekat saya yang meminta tolong untuk di ta’arufkan dengan seorang akhwat, yang juga teman satu angkatan. Bak petir di siang bolong yang cetar dan membahana...saya tidak menyangka kalau ternyata teman saya yang wajahnya paling terlihat alim dan satu-satunya ikhwan yang jenggotnya paling lebat dan terurai itu tiba-tiba meminta tolong saya untuk menemui akhwat yang dimaksud. Kok jadi saya yang deg-deg-an yah?? Bingung juga jadinya, bukan karena apa-apa, tapi saya juga jadi nervous, karena baru pertama kali menemui akhwat untuk menanyakan perihal ta’aruf untuk temen saya.

Nervous yang saya rasakan saat itu stadium-nya persis seperti mau ngomong di depan publik yang audience-nya pejabat-pejabat penting. Saya tanya beberapa kali memastikan temen saya itu sadar meminta tolong saya melakukan ini.

“Kamu bener-bener serius?” tanya saya pada temen saya beberapa kali...

Temen saya pun dengan wajah yang meyakinkan mengiyakan disertai anggukan menandakan kepastian niatnya. Huf...lalu sayapun sampaikan niat temen dekat saya kepada akhwat yang kebetulan saya juga cukup mengenalnya. Satu dua patah kata saya susun dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Setiap kata yang saya sampaikan saya upayakan semaksimal mungkin mewakili apa-apa yang teman saya amanahkan pada saya. Yah...karena belum berpengalaman dan baru pertama kali, sepandai-pandai saya rangkai kata-kata saya, tetep aja, ada bagian-bagian tertentu yang belepotan...hadeh (*tepok jidat)

Setelah bersusah payah merangkai kata-kata, akhirnya saya rasa, kalimat-kalimat saya itu sudah mewakili maksud yang temen saya amanahkan kepada akhwat itu. Untuk ukuran akhwat dengan IP di atas 3,8 tentu bukan perkara sulit untuk mencerna kata-kata saya, apalagi kata-kata saya tidak pakai petikan-petikan teoritis dan tidak pakai daftar pustaka, sehingga harapannya gampang dicerna. Sayapun masih terdiam dan menunggu jawaban dari si akhwat. Jadi deg-deg-an lagi nih saya...........
Kata-kata yang saya tunggupun tak kunjung datang..namun kayaknya si akhwat sedang kasak-kusuk menulis sesuatu...suasanapun hening membahana....namun tiba-tiba mendadak suasana berubah ketika jawaban yang dinanti-nanti pun keluar dari tulisan si akhwat...”diTerima apa tidak ya??” gumam saya

Tulisan itupun kata-demi kata saya cerna satu persatu :
“Afwan, saya mengerti maksud baik temanmu itu, tapi sekali lagi afwan, saya belum siap untuk menikah saat ini...”
Alhamdulillah atau Innalillah, ucapan yang harus saya ucapkan saat itu, namun yang jelas, jawaban sudah diungkapkan....dan dengan berat hati, saya harus sampaikan pada teman saya bahwa, si akhwat belum siap menikah L  so..sad...but it’s real....kok jadi saya yang sedih ya??? Apa saya salah cara ngomongnya ya???

Sayapun samapaikan jawaban itu pada teman saya, diluar dugaan saya, teman saya, ikhwan itu mimik wajahnya tidak berubah, tidak jadi sedih, tidak merasa down, eh, malah senyum...gubrak...dia bilang sama saya, “kalau belum jodoh, Alloh juga belum mengizinkan, jadi ikhtiar lagi mencari yang lain...yang penting bagi saya saat ini adalah mencari akhwat yang SIAP diajak menikah dalam waktu dekat ini, karena saya berniat MENYEGERAKAN menikah!” kata temen saya...

Subhanalloh, benar-benar lelaki sejati yang tegar...gumam saya, dan saya belajar banyak dari peristiwa ini, bahwa Menyegerakan Menikah beda dengan tergesa-gesa, bedanya ada di siap atau tidaknya melalui proses panjang pra-nikah dan siap menikah dengan siapapun akhwat, yang SIAP menikah SEGERA

Ingin ngobrol dengan saya di twitter @DinarApriyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar