By: Farida Umi Inayati (Owner Sakina Butik Muslimah
ONLINE)
Bagaimana
cara membangkitkan jiwa mandiri pada para pemuda muslim? inilah pertanyaan
penting yang perlu kita pecahkan. Banyak pemuda muslim tidak sadar akan kondisi
umatnya sendiri. Ketidakpahaman tersebut membuat mereka cenderung hanya senang
berleha-leha dan acuh tak acuh pada umat islam. Maka, salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah dengan memahamkan pada mereka bangaimana sebenarnya kondisi
umat ini. Sebagai orang yang paham hendaknya memberikan penjelasan yang
menyentuh hati nurani mereka, sehingga dengan penuh keikhlasan bersedia
bergerak untuk kemajuan umat. Tentu, semangat mereka untuk mandiri pun bangkit.
Para pemuda muslim tentu akan berusaha memberikan sumbangsih nyata dengan
kemandirian mereka bekerja dan berusaha. Mereka tentu ingin bekerja dan
menjauhi kemiskinan yang merongrong umat islam. Berwirausaha bisa menjadi
pilihan yang tepat. Berwirausaha menjadi bukti nyata kemandirian pemuda muslim.
Langkah lain
adalah dengan memahamkan pada mereka urgensi dan manfaat berwirausaha. Sebagai
muslim, sebenarnya kita tidak perlu jauh-jauh mencari motivasi berbisnis.
Memang di luar sana banyak seminar entrepreneurship,
pelatihan/training wirausaha, buku-buku yang mengupas habis motivasi
berwirausaha dan tawaran-tawaran lain untuk mengenal manfaat dan urgensi
berwirausaha. Namun, bila kita sering membaca Al Qur’an maka akan kita jumpai
banyak ayat-ayatNya yang memotivasi kita untuk berwirausaha. Hadist-hadist nabi
berkenaan dengan wirausaha pun banyak, yang seharusnya bisa mendorong kita
untuk berwirausaha. Sayangnya, ayat-ayat Qur’an dan hadist nabi terkait
berwirausaha jarang dikaji bersama. Maka, berikut ini ada beberapa manfaat dan
urgensi mengapa kita harus berwirausaha.
Pertama, berwirausaha merupakan cara
untuk memaksimalkan potensi diri yang dikaruniakan Allah SWT pada
hamba-hambaNya. Allah SWT telah memberikan manusia tiga potensi yang harus
dimaksimalkan sebagai wujud syukur kita padanya. Tiga potensi tersebut adalah
hati, akal, dan jasad. Semua potensi tersebut akan dimintai pertanggungjawaban
di akhirat kelak.
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (Al Israa’: 36).
Bila
potensi tersebut hanya kita biarkan saja, maka sungguh kita termasuk orang yang
merugi dan tidak pandai mensyukuri karuniaNya. Berwirausaha merupakan salah
satu langkah untuk memaksimalkan potensi yang telah diberikan Allah SWT
tersebut. Berwirausaha mengasah akal untuk melahirkan ide-ide kreatif dan
inovasi yang tiada henti. Menciptakan suatu usaha baru tentu dibutuhkan hati
untuk merasakan apa yang pantas dan yang tidak. Kita perlu menghadirkan hati
dalam setiap langkah meraih peluang-peluang usaha, membangun jaringan dengan
mitra, dan dalam mengambil setiap keputusan. Potensi hati tidak boleh
dikesampingkan begitu saja, karena dengannya ruh dan jiwa wirausaha akan
terasa. Kerja keras pun terasa lebih nikmat bila hati ikhlas dan ridha. Potensi
jasad pun jelas akan terasah dengan wirausaha. Tubuh akan bergerak dengan penuh
semangat untuk meraih targetan-targetan yang telah ditetapkan. Jasad akan
terpenuhi haknya untuk bergerak dan bekerja. Sungguh, berwirausaha mengantarkan
kita pada hamba yang beryukur, yakni hamba yang pandai memanfaatkan potensi
dirinya.
Kedua,
wirausaha merupakan pintu rezeki yang utama. Bila kita tilik dalam jajaran
sepuluh orang terkaya di dunia versi Majalah Forbes, maka akan kita temukan
nama: William Gates atau Bill Gates dengan Microsoftnya, memiliki total
kekayaan 50 miliar dolar. William Buffer menjadi orang terkaya kedua dan
memiliki kekayaan 42 miliar. Carlos Slim Helu, orang terkaya ketiga dengan
kekayaan 30 milliar dolar. Ingvar Kampard, dengan IKEA menjadi orang terkaya
keempat dengan kekayaan 28 miliar dolar. Lakshmi Mittal dengan Mittal Steel-nya
memiliki total kekayaan 23,5 miliar dolar. Paul Allen orang terkaya keenam
dunia memiliki total kekayaan 22 miliar dolar. Bernard Arnault dengan bendera
bisnisnya “Cristian Dior”, memiliki total kekayaan 21,5 miliar dolar. Orang
terkaya kedelapan, Pangeran Al Waleed bin Talal Al Saud dengan kekayaan 20
miliar dolar. Orang terkaya kesembilan yakni Kenneth Thomson dengan kekayaan
19,6 miliar dolar. Dan orang terkaya kesepuluh, Li Ka Shing, terkaya di Asia
dengan kekayaan 18,8 miliar dolar.
Bisa kita
bayangkan betapa banyak harta kekayaan yang mereka miliki. Lantas, bagaimana
dengan orang terkaya di Indonesia? Sukanto Tanoto, dengan Raja Garuda Mas-nya
memiliki total kekayaan 2,8 miliar dolar. Putera Sampoerna dengan total
kekayaan 2,1 miliar dolar. Eka Tjipta Widjaja dengan Sinar Mas Group yang
dimilikinya, punya
total kekayaan 2 miliar dolar. Rachman
Halim memiliki total kekayaan 1,8 miliar dolar. R Budi hartono dengan total
kekayaan 1,4 miliar dolar. Aburizal Bakrie dengan total kekayaan 1,2 miliar
dolar. Eddy William Katuari memiliki kekayaan senilai 1 miliar dolar Trihatma
Haliman total kekayaan 900 juta dolar. Arifin Panigoro memiliki Medco
Energy International dengan total
kekayaan 815 juta dolar, dan Liem Sioe Liong dengan Salim Group-nya memiliki total
kekayaan 800 juta dolar.
Bagaimana
mereka sampai sebegitu kayanya? Apa profesi mereka? Apakah mereka presiden, politisi, pengacara, dokter, atau
artis? Mereka adalah para pebisnis ulung. Fakta tersebut
menunjukkan bahwa kekayaan dikuasai orang para pebisnis. Keyataan ini pun
sebenarnya telah dinyatakan oleh Rasulullah SAW 14 abad yang lalu. Beliau
bersabda: “Hendaklah kamu berdagang,
karena di dalamnya terdapat 90 persen pintu rezeki”
(H.R Ahmad). Pernyatan tersebut benar adanya. Selama manusia
membutuhkan sandang, pangan, papan maka selama itu pula bisnis akan selalu ada.
Semua produk yang ada di pasaran, semuanya didistribusikan dan dijual oleh para
pelaku bisnis.
Diagram
tersebut menunjukkan bahwa pintu rezeki 90% bisa didapatkan dari hasil
berbisnis, sementara 10% bisa diperoleh dari profesi lainnya. Pintu 10% yakni
profesi-profesi selain berbisnis tersebut
sudah terlalu sesak bila harus kita masuki. Di sisi lain, pintu 90% masih
terbuka lebar bagi kita untuk berbisnis. Apakah kita memilih untuk
berdesak-desakkan di pintu 10% yang sudah padat tersebut dan siap terdepak darinya?
Ketiga, berwirausaha merupakan profesi
yang mulia. Mari sejenak kita menengok sejarah, para nabi terdahulu pun
ternyata juga berlatar berlakang sebagai pebisnis. Nabi Daud, misalnya, dengan
tanpa rasa sungkan telah menyatakan dirinya sebagai pengarajin daun kurma untuk
dibuat keranjang dan kerajinan tangan
lainnya. Nabi Idris adalah seorang penjahit. Nabi Zakariya dikenal sebagai
pebisnis kayu. Nabi Musa dikenal sebagai peternak. Serta tentu saja, nabi kita,
Muhammad SAW adalah seorang pebisnis handal yang selalu mendapatkan keuntungan
besar.
“Sesungguhnya sebaik-baik
mata pencaharian adalah seorang pedagang” (H.R Baihaqi).
Ternyata, pekerjaan ini dilakukan oleh para nabi dan para
orang shalih lainnya. Allah SWT pun menjanjikan pada para pedagang yakni
kebersamaan dengan orang-orang mulia.
“Pedagang yang jujur
dan dapat dipercaya (amanah) adalah bersama para nabi, orang-orang yang
membenarkan risalah Nabi SAW (shaddiqin), dan para syuhada (orang yang mati
syahid)” (H.R. At Tirmidzi).
Keempat, berwirausaha merupakan jihad.
Menilik sejarah masuknya islam ke Indonesia tak bisa lepas dari peran para
pedagang muslim yang singgah di negeri ini. Para pedagang muslim berdatangan ke
negeri kita dan menyebarkan ajaran Islam hingga detik ini kita bisa merasakan
nikmat dan indahnya Islam. Gerakan-gerakan Islam yang ada di
Indonesia pun tak luput dari campur tangan para pedagang untuk menegakkan
kas-kas keuangan mereka. Berdagang bisa menguatkan sumber daya ekonomi hingga
mereka sanggup mendirikan sekolah, rumah sakit, universitas, panti asuhan tanpa
bantuan pihak lain. Sayangnya, kini kejayaan gerakan Islam mulai meredup
lantaran mereka kehilangan tulang punggungnya yakni para pengusaha. Banyak
eksponen gerakan Islam bukan lagi pengusaha, melainkan para pegawai. Tentu saja, mentalitas pegawai dan pengusaha
pun berbeda.
Maka, salah
satu cara untuk mengembalikan kejayaan islam adalah dengan memunculkan para
pengusaha muslim yang akan menjadi tulang punggung pengisi sumber daya ekonomi gerakan Islam. Jadikanlah bisnis sebagai jalan jihad!
“Apakah kamu mengira bahwa
kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad
diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”
Ali Imran: 142
Dalam terjemahan Al Qur’an
Departemen Agama, jihad bisa berarti berperang untuk menegakkan Islam dan
melindungi orang-orang Islam, memerangi hawa nafsu, mendermakan harta benda
untuk kebaikkan Islam dan umat Islam, memberantas yang batil, dan menegakkan
yang hak. Bila kita mendermakan harta untuk kebaikkan Islam dan umat Islam dapat
dimaknai sebagai bentuk jihad. Sungguh amat merugi bila kita melewatkan jalan
jihad ini begitu saja. Jika ada praktik bisnis kotor yang hanya berorientasi
pada keuntungan, maka itulah jihad kita. Berjihad agar apa yang sedang kita usahakan
selalu berjalan sesuai syariat sehingga menghasilkan harta yang halal dan
berkah.
Kelima, berwirausaha merupakan ladang
amal jariyah. Tentu masih melekat dalam benak kita bahwa yang bisa menolong
kita di akhirat kelak salah satunya adalah amal jariyah. Sebuah hadist nabi
menyebutkan: “Jika anak Adam meninggal, maka
amalnya terputus kecuali dari tiga perkara yakni sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya” Luar biasa, pekerjaan
wirausaha tidak hanya mengantarkan pelakunya meraih kesuksesan di dunia, namun
juga membantu para pelakunya untuk sukses di akhirat pula.
Kini, agama dan bangsa ini tengah menantikan hadirnya para pemuda muslim
yang bersemangat membangkitkan jiwa mandirinya untuk berwirausaha. Umat Islam
telah menantikan segolongan manusia yang berjuang dengan hartanya yakni dengan
menjadi entrepreneur muslim. Mereka
tidak sekadar mencari nikmatnya dunia, namun lebih berorientasi pada masa depan
di akhirat kelak. Mereka adalah
para pengusaha
muslim yang akan mendorong terwujudnya kembali kejayaan Islam. Sungguh, apakah
engkau tidak ingin berkontribusi membangun umat ini melalui harta yang engkau
sedekahkan untuk mengisi kantong-kantong finansial perjuangan? Ataukah engkau
masih berhasrat mengejar-ngejar pintu yang hanya sebesar 10% sementara di luar
sana banyak terdapat pintu yang bisa
mengakomodir segala
kepentingan dengan berbisnis. Lantas, apalagi yang
kita tunggu untuk segera memulai usaha yang ternyata bisa menolong kita kelak
di akhirat? Segera pikirkan ide bisnis brilianmu, ambil pena, dan mulailah
merancang bisnis! InsyaAllah, kesusksesan di
tangamu! Dan rasakan sensasi menjadi pengusaha!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar