Senin, 18 Juni 2012

Jangan Salahkan Kodok.. By : Dinar Apriyanto



Habis Isya, biasanya dua biadadari saya masih main-main hingga lelah dan nanti tertidur dengan sendirinya menjelang jam 9 malam. Malam itupun juga sama, keduanya main sepeda-sepedaan dan tertawa lepas hingga terdengar sampai kamar saya. Namun tiba-tiba bunyi suara “Gubrak!!” sayapun spontan berlari dan melihat si Sulung terjatuh dari atas sepeda. Reaksinya tentu saja menangis. Dan si bungsu bilang , “ Mbak Zahra hati-hati..!”

Lalu si Sulung berjalan pelan dengan masih menangis menuju ke arah saya dan menggandeng tangan saya mengajak masuk ke dalam kamar...nampaknya dia memendam rasa malu , takut dan kaget saat terjatuh tadi. Dan sampai di kasur, dia merebahkan tubuh mungilnya dan menyembunyikan wajahnya di tumpukan bantal-bantal kecil. Saya hanya berkata, “Mbak Zahra habis jatuh ya, kenapa?” namun si Sulung tetap tidak menjawab...sayapun memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan hanya saya temani tiduran disampingnya. Beberapa menit dia hanya terdiam saja, dan sayapun hampir-hampir tertidur dibuatnya..he..he..

Namun tiba-tiba Si Sulung bangkit dan berjalan agak cepat dan main-main lagi dengan sepeda tadi. Saya lalu teringat buku yang ditulis oleh Pak Fauzil Adhim tentang “Jangan salahkan Kodok”. Biasanya beberapa orang tua jaman dulu, kalau anaknya jatuh, rata-rata yang disalahkan adalah kodok, atau memukul lantai sambil berkata “Lantainya nakal ya!?” hingga bila kejadian ini terus menerus dilakukan akan membahayakan mental sang anak, alasannya berikut ini :

Selasa, 12 Juni 2012

Alloh sudah membayar LUNAS! By : Dinar Apriyanto



Sabtu pagi pekan lalu saya begitu bersemangat untuk menghadiri sebuah acara Seminar di sebuah Sekolah Tinggi di sebuah kota. Saya mengetahui acara ini dari sebuah brosur yang berserakan hampir di setiap masjid, sejak Jum’at pekan lalu. Seminar yang cukup membuat saya penasaran “Teknik Mudah Menghapal Al Qur’an”. Dari segi judulnya saja sudah menar...ik perhatian saya, apalagi Pengisi Acaranya adalah Syaikh Ali Jaber, Ustadz kondang yang sering muncul di TV One.

Setelah malam harinya saya ketinggalan momen Pengajian Akbar dengan Syaikh Ali Jaber. Pagi ini, saya bertekad untuk datang tepat waktu dan duduk paling depan. Singkat cerita, Tepat jam 09.00 pagi, saya sudah duduk di tengah-tengah acara. Namun, saya kecewa karena bayangan saya duduk di paling depan sepertinya gak bakalan terwujud, karena ternyata acara dimulai sejak jam 08.00 tadi. Huf, malangnya diriku...namun saya tetap berusaha membuat hati ini terhibur, dalam hati berkata, “Bisa duduk di tengah majelis ini saja, rasanya sudah bersyukur!” Hmm... tiba-tiba Syaikh Ali Jaber menutup pembicaraan dengan do’a.” What!? Sudah selesai acaranya?” teriak saya dalam hati... yah, lengkap sudah penderitaan saya – pikirku- sudah terlambat, duduk paling belakang, habis pula materinya...wah..wah...
Kemudian panitiapun angkat bicara, “Bagi peserta yang akan mengikuti Seminar, silahkan naik ke lantai tiga!”

Alhamdulillah...ternyata acara yang saya ikuti tadi bukanlah acara Seminar yang dimaksud dalam brosur yang saya baca. Acara itu hanya rangkaian acara saja yang diadakan sebelum seminar..Alhamdulillah..Tanpa pikir panjang, karena posisi tempat duduk saya paling belakang dan dekat pintu, sayapun langsung ‘tancap gas’ berlari kecil biar bisa duduk paling depan.
Sampai di ruangan, suasana masih sepi, mungkin baru ada satu dan beberapa orang yang duduk-duduk santai...tanpa pikir panjang, saya duduk di barisan pertama, paling depan. Sengaja saya duduk di dekat layar LCD biar bisa sekalian ‘record’ video melalui laptop..hi..hi..kata pepatah sambil menyelam minum susu...Nah, peralatan rekam, handycam, kamera dan laptop-pun sesegera mungkin saya pasang dan ambil posisi..(ini peserta apa seksi dokumentasi sih???) ah, walau tampak ribet, yang penting ilmunya bisa direkam..he..he..dan yang kagak datang bisa dengerin nih dari rekamannya...

Menit, demi menit berlalu, dan akhirnya para pesertapun berduyun-duyun mulai memadati ruangan, hingga lumayan penuh sesak...Syaikh Ali Jabir-pun mulai menempatkan diri tepat lima langkah di depan saya..yah, Wajah Khas Arab beliau terlihat jelas dari sisi tempat duduk saya...Video, kamera, laptop-pun sudah mulai beraksi merekam dan tak melewatkan satu detik pun momen terlewatkan... Ah..senangnya! Tanpa berlama-lama layaknya acara resmi yang berjubel penuh sambutan, kali ini panitia cukup bijak dengan langsung memberikan waktu untuk Syaikh Ali Jaber memberikan ilmunya..

Di tengah acara, beliau memberi kesempatan kepada salah satu peserta, “ Silahkan salah satu peserta yang bersedia membantu saya untuk maju ke depan!” kata beliau...sayapun spontan mengangkat tangan saya...namun terlambat, salah satu teman saya yang duduk tepat di depan Syaikh lebih duluan terlihat mengangkat tangan dibandingkan saya yang duduk di samping kiri beliau..Maka teman saya mendapatkan sebuah tantangan untuk mengisikan tanah ke dalam gelas, dan tidak boleh ada tanah yang tercecer...teman saya berusaha menyelesaikan tantangan itu, namun belum berhasil juga, hingga beliau memberi kesempatan lagi, “Siapa yang bisa membantu!?” lagi –lagi saya mengangkat tangan dan lagi-lagi saya tidak lebih jelas terlihat dibandingkan teman saya yang duduk di tengah-tengah peserta...Akhirnya dua teman saya itu berhasil menyelesaikan tantangan dan oleh Syaikh Ali Jaber memperoleh dua buah CD materi..wah..senangnya... Sayapun bertekad untuk maju ke depan untuk kesempatan berikutnya..

Rabu, 06 Juni 2012

Mengejar yang jauh..melupakan yang dekat...


By : Dinar Apriyanto (KLUB MBC)
Saat itu seseorang melepaskan sepatunya dan masuk ke rumah sebentar. Setelah keluar ternyata didapatinya sepatu orang tadi telah dicuri orang. Lalu dengan wajah kesal dan menggerutu dirinya berjalan menuju masjid dengan perasaan yang marah sekaligus kecewa.
“ Kenapa sepatu saya harus hilang ?
Ketika sampai di masjid dijumpainya pemuda yang kehilangan dua kakinya. Orang tadi tertegun dan suasana hatinya berubah seketika. Bukan karena iba ataupun kasihan dengan pemuda cacat tadi namun dilihatnya wajah pemuda cacat tadi berseri-seri dan selalu tersenyum seakan menunjukkan sebuah tanda kesyukuran, lalu dengan tanda tanya besar dihatinya orang tadi menghampiri pemuda cacat dan bertanya :
” Wahai tuan; kenapa wajah anda berseri seri padahal kaki anda hilang semuanya.
dengan tenang pemuda tadi menjawab,
” Wahai Tuan; bukankah Allah masih baik dengan saya! Allah hanya mengambil kedua kaki saya; kalo hanya kedua kaki saja dan sedangkan nikmat Allah yang lain seperti mata, telinga dan tangan yang masih lengkap lalu apakah salah bila saya masih bersyukur!”

Selasa, 05 Juni 2012

Cucu Petani yang barusan dapat nilai UAN 10…


By : Dinar Apriyanto

Pagi itu hingga menjelang siang, saya merasakan hidup tanpa Handphone di tangan…bukan karena hilang atau lupa membawa,tapi karena saya kehilangan charger dan ‘terpaksa’ menerima kenyataan tak bisa berkomunikasi lewat HP…menjelang siang,akhirnya chargerpun berhasil berada di tangan…seperti dugaan saya,barusan dinyalakan HP saya, berjubel  sms masuk..wah-wah sampai inbox penuh..namun ada satu sms yang cukup menarik perhatian saya, sebuah sms dari “guru kehidupan” saya…

“ Alhamdulillah, salah satu pegawai di kebun organik saya, dapat nilai UAN 10” tulisan sms itu…
Memori Sayapun berusaha keras mengingat satu demi satu pegawai beliau yang cukup saya kenal… ah, kalau yang lain-lain tidak mungkin kecuali dia…dia yang saya maksud disini adalah sosok anak seumuran SMP kelas tiga yang berperawakan kecil, warna kulit hitam, yang mempunyai tinggi badan hampir seukuran tinggi saya…Namun saya masih belum yakin….Saya kirim balas sms ke beliau
“Siapa pak?” Tanya saya dalam sms…

Dan ternyata dugaan saya benar…pegawai yang berusia remaja seumuran SMP kelas tiga yang saya ceritakan tadi yang mendapat nilai UAN murni 10…Masya Alloh!!

Masak bisa?bagaimana mungkin?? Ah,mungkin salah??! Aneh?! Jangan-jangan nyontek?! Mungkin salah komputernya tuh?!...kalau anda mengenal dekat anak ini,mungkin anda akan berkata seperti itu…karena tepat pagi harinya sehari setelah diumumkannya kelulusan SMP, seluruh desa tempatnya tinggal dibuat heboh dengan nilai 10 yang dicapai remaja ini…dan komentar yang muncul persis seperti yang saya tuliskan tadi..hampir semua tidak percaya dan cenderung berkomentar negatif dan berprasangka buruk….

Namun, pertama mendengar berita ini, saya mungkin menjadi yang kedua setelah “guru kehidupan” saya yang pertama-tama mempercayai bahwa memang berita itu benar adanya dan itulah Hasil yang ia capai dan tanpa keraguan… Mungkin banyak diantara orang yang tidak percaya adalah termasuk orang yang memandang rendah anak yang secara fisik mungkin kelihatan tidak istimewa,namun dibalik itu…anak yang berhasil mendapat nilai UAN 10 ini adalah anak istimewa yang sejak dulu selalu membantu kakek dan orang tuanya di sawah, bahkan salah satu hobinya adalah membantu orang yang sedang mengalami kesulitan…dan yang membuat saya salut lagi adalah, di usianya yang belia, yang rata-rata anak muda dihabiskan untuk foya-foya, ia justru menghabiskan waktu sehabis sekolah untuk bekerja di kebun organic ‘Guru kehidupan’saya…hampir tiap hari ia harus bergelut dengan tanah, pupuk kandang dari kotoran hewan,sesekali memberi makan kambing, ayam, dan ikan…

Anak ini member hikmah cukup banyak bagi saya, pertama : jangan memandang rendah seseorang dari fisik luarnya. Kedua : Keberhasilan tidak selalu ditentukan oleh kepandaian seseorang, namun Kebaikan yang pernah kita lakukan bisa menjadi wasilah kita mendapatkan kebaikan yangberlipat ganda di kemudian hari…Saya jadi teringat pesan ‘Guru Expert ‘ saya,Pak Jamil Azzaini, tentang Tabungan Energi Positif. Bila kita melakukan kebaikan,maka sebenarnya kebaikan itu tidaklah hilang, ia tersimpan sebagai sebuah energy yang suatu saat akan kita rasakan manfaatnya…Trimakasih  sahabatku, meski saya tidak mengenalmu cukup dekat, namun saya telah mendapatkan hikmah yang cukup banyak dengan nilai 10 di Ujian Nasionalmu…

Follow Twitter : @SekolahTrainer

Senin, 04 Juni 2012

Cari yang haram saja susah..apalagi yang halal

By : Dinar Apriyanto (KLUB MBC)

Saya pernah mendengar sebuah pembicaraan ringan antara dua orang yang berpapasan di jalan pernah terdengar kata seperti itu (Cari yang haram saja susah, apalagi yang halal)...Entah yang mereka katakan itu dengan ‘penuh keyakinan’ atau sekedar guyonan, tapi kata-kata itu sudah terucap dari mulut mereka...
Kata lain yang sering terdengar selain itu adalah “Sudah wajar kalau pakai ‘uang pelicin’ kalau tidak, wah, urusan kita bakal dipersulit nih!”..kalimat inipun seringkali kita dengar, ketika kita sedang mengurus sebuah perizinan...

Atau mungkin kata berikut ini “ Wah, kalau tidak punya kenalan orang ‘dalam’ pasti gak bakalan beres!” kalimat ini pula juga tidak jarang kita dengarkan...
Huf... bila setiap hari kita dijejali kalimat-kalimat seperti ini, mungkin sebagai manusia biasa, kita akan memilih berdiam diri dan menyalahkan keadaan. “Saya kan hanya orang biasa, bagaimana saya bisa berbuat banyak, apalagi di luar sana dunia sudah penuh dengan kongkalikong!” huf...alangkah sedihnya hidup orang yang seperti ini...

Saya memang tidak tergolong orang yang sudah ‘makan garam’ untuk urusan seperti ini, namun bisa jadi justru dengan ketidak tahuan saya ini menjadikan saya ‘easy going’ untuk menjalankan program yang sedang saya cita-citakan baru-baru ini.

Minggu, 03 Juni 2012

Anak...cerminan orang tuanya...




By : Dinar Apriyanto (KLUB MBC)

Pagi ini suasana kantor kami di KLUB MBC cukup sibuk, karena sore nanti akan ada persiapan menjelang  Ujian Semester untuk anak SD, SMP dan SMA. Ada yang sibuk mempersiapkan soal, mengerjakan soal dan menghubungi beberapa orang tua siswa. Karena disibukkan aktivitas itu, hampir-hampir hening. Tak jauh dari gedung kantor KLUB MBC, kurang lebih 50 meter, disana bisa ditemui sekolah Taman Kanak-kanak yang cukup ‘laris’ dan nyaris menolak-nolak siswa di saat pendaftaran murid baru. Karena itulah, setiap pagi, pasti sekolah ini ramai dipenuhi anak-anak plus orang tuanya yang juga nggak kalah memenuhi jalan-jalan di sekitar TK itu.

Tiba-tiba suara keras memecahkan keheningan ruangan yang berasal dari luar gedung. “Hua....aaa!!!“ suara tangisan anak kecil itu terdengar cukup kuat..tampak dari jendela kaca kantor kami, anak kecil itu berlari mengejar seorang pengendara motor tua...Dan pengendara motor itu kemudian menghentikan laju-nya, “Ngeyel kamu, disuruh masuk kelas kok malah mau pulang...ayo masuk!” teriak pengendara motor itu yang ternyata bapak si anak kecil yang nangis tadi.
“Hua...aa!” tangisan anak itu semakin menjadi-jadi, dan si bapak ..mohon maaf..beberapa kali mencubit kaki anak itu berulang ulang sambil berkata..”Bisa diam nggak?!” teriak bapak itu...perlakuan ini hampir terjadi selama satu menit di depan mata kami dan kemudian bapak dan anak itu pergi tetap dalam kondisi marah dan si anak tetap dalam kondisi menangis...Huf...
Saya cuma berkata dalam hati...bila perlakuan ayah kepada anak ini terjadi setiap hari, apa yang akan terjadi pada diri anak beberapa tahun lagi, bahkan setelah dewasa dan punya anak kecil nanti..apakah tidak mungkin dia juga akan memperlakukan anak-nya persis seperti dia diperlakukan ayah-nya pada saat kecil dulu...pikiran saya terus teringat pada kejadian pagi ini tadi...

Sesaat berpikir tentang kejadian tadi, saya kemudian juga teringat bagaimana perlakuan ayah saya pada saat saya dulu kecil..Ketika saya kecil, saya memang tidak selalu ditunggui ayah saya setiap saat, karena ayah saya bekerja di kota lain yang cukup jauh jaraknya, namun setiap hari Sabtu dan Ahad. Saat ayah saya pulang, hampir selalu ayah saya mengajak bepergian, dari belanja sampai ke tempat wisata, meskipun kami harus berempat naik satu motor bersama kakak-kakak saya. Namun itu hal yang menyenangkan.

Ketika musim ujian seperti ini tiba, sayapun teringat bagaimana cara ayah saya memotivasi saya. Hampir setiap akan menempuh ujian, ayah saya selalu menyempatkan diri setelah selesai sholat, beliau mengambil satu gelas air dan berdoa. Saya tidak mendengar do’anya, namun rasanya setelah meminum air itu saya menjadi percaya diri untuk menempuh ujian. Dan kebiasaan mendo’akan seperti ini terjadi sampai SMA, hingga mengantarkan saya mendapat Juara 1 Pararel di kelas 3 SMA saya. Subhanalloh...saya YAKIN semua pertolongan itu datangnya dari Alloh, saya tidak sedang mempercayai air yang saya minum, namun saya sedang meng-kisahkan bagaimana cara ayah saya memotivasi saya di saat saya membutuhkan dorongan motivasi untuk menempuh ujian..

Ternyata hal itu baru saya sadari sekarang bahwa kini saya menjadi ayah bagi dua bidadari saya dan sayapun melakukan hal yang sama seperti yang ayah saya lakukan dulu..mendo’akan bidadari saya yang pagi ini akan menempuh ujian di “Baby School” nya...Selamat menempuh ujian bidadariku sayang, do’a Abi menyertai selalu...