By: Dinar Apriyanto
Bukan menjadi kebiasaan di
keluarga saya untuk mengistimewakan hari ulang tahun untuk memberi hadiah, kue,
kado ataupun ucapan selamat. Karena hampir setiap saat keluarga kami selalu
memberikan do’a, kado, bahkan ucapan yang memotivasi tanpa harus menunggu saat
Ulang tahun. Maka sebenarnya ‘ulang tahun’ bagi keluarga kami bukanlah menjadi
sebuah hari yang istimewa, karena memang keluarga kami menganggap semua hari
adalah istimewa karunia Alloh. Namun, setelah cukup lama ‘eksis’ di dunia maya,
rasanya tak bisa terlepas dari mendapatkan ucapan “Selamat” ketika ‘ulang
tahun’ tak terkecuali saya. Subhanalloh, begitu buanyak sekali ucapan itu masuk
ke wall, sampai-sampai beberapa ucapan ter-hidden secara otomatis karena
‘saking’ banyak-nya..Bagi saya, ini menandakan bahwa ternyata banyak diantara
sahabat-sahabat saya di facebook yang begitu perhatian kepada saya...Sayapun
bersyukur karena masih diberikan jatah hidup oleh Alloh sekaligus istighfar,
karena bisa jadi saya diingatkan oleh teman-teman bahwa umur saya semakin habis
dimakan waktu. Ya Alloh, sementara, begitu kecil prestasi yang sudah saya ukir
dalam hidup.
Pagi inipun, saya terbangun dengan kesadaran penuh
bahwa hari ini, usia saya semakin ‘menua’, dan amanah saya semakin ‘berat’. Namun
sepertinya skenario Alloh untuk membahagiakan saya di hari ‘ulang tahun’ cukup
membuat saya berdecak kagum. Serangkaian peristiwa tak terduga dan diluar
prediksi saya begitu rapi saya alami dengan ‘produser’ yang langsung dari
Alloh. Sejak bangun tidur, biasanya suara tangisan dua bidadari kecilku
mewarnai suasana pagi yang cukup padat aktivitas. Namun pagi ini ada yang
berbeda, karena dua bidadari kecilku bangun dengan begitu ‘tuma’ninah’ dan
berhasil sadar dari tidur-nya tanpa harus memecah suasana pagi dengan tangisan.
Kamipun merencanakan sebuah agenda penting yaitu mengantar bidadariku yang
bungsu untuk mengikuti sebuah perlombaan di ‘Kindergarten’. Menjelang saat-saat
mandi, biasanya suasana tegangpun tak
ter-elak-kan yaitu ‘peperangan’ kecil antara mengajak mandi, sarapan ataupun
main-main dulu. Kejar-kejaran pun sering menjadi pemandangan sehari-hari di
dirumah kami ketika waktu mandi dua bidadariku tiba. Namun, sekali lagi, saat
mandi pagi ini beda, tak seperti biasa, semuanya berjalan lancar dan
terkendali. Tak harus ada adegan kejar-kejaran dan tak harus ada adegan
‘manyun’ di pojokan kamar karena biasanya si Bungsu kesal.
Saat mulai berpakaianpun hampir
tiap hari menjadi satu ‘scene’ yang cukup melelahkan. Berlarian kesana kemari,
berkejaran dan bahkan sampai ngambek tak mau memakai seragam. Namun lagi-lagi
hari ini istimewa, momen berpakaian hingga sarapan, sepertinya semua sudah
diskenario bahwa akan berjalan dengan lancar. Hingga kami sampai di sekolah si
Bungsu tepat pada waktunya, sepertinya memang sudah diatur kejadiannya seperti
itu, sehingga saya tak perlu khawatir si Bungsu tertinggal lomba yang begitu
bersemangat ingin dia ikuti. Melepas kepergian Si Bungsu untuk ‘diserahkan’
Ustadzah di sekolahnya, biasanya juga tak berjalan semulus pagi ini. Hari-hari
biasa sering ada adegan tangis-menangis yang cukup menghebohkan, hingga seperti
sebuah adegan klimaks di sebuah sinetron. Pagi ini, si bungsu dengan rela,
melepas kepergian kami dengan senyuman dan anggukan kepala, tanda dia bersedia
sekolah dengan kemauannya sendiri. Kamipun segera meninggalkan suasana sekolah
yang tampak riuh suara sound system dari acara lomba itu.
Setelah mengantar si Bungsu, Pagi
ini-pun, saya agendakan untuk silaturahim ke rumah Orang Tua saya yang jaraknya
cukup dekat. Sekitar lima belas menit perjalanan, sampailah saya, istri dan si
Sulung di rumah orang tua saya. Cukup kaget melihat mobil yang terparkir di
depan rumah dengan kondisi menghadap badan jalan. Mungkin akan bepergian ya?
Pikirku dalam hati, belum sempat mengetuk pintu, kamipun di kagetkan dengan pertanyaan
dari saudara perempuan saya, “mau ikut nggak?” ternyata dugaan saya tepat,
karena keluarga saya merencanakan silaturahim ke kerabat di sebuah Provinsi
Istimewa di Jawa. Tanpa berpikir panjang, kusetujui tawarannya, bahwa kami akan
ikut serta? Dan konsekuensinya, saya harus jemput lagi si Bungsu yang sudah
terlanjur diantar di sekolahnya...Singkat cerita, sesampainya saya di sekolah
si Bungsu untuk menjemput, ternyata perlombaan masih berlangsung. Dari kejauhan
saya lihat si Bungsu dengan semangatnya mengikuti satu demi satu perlombaan di
tingkat umurnya. Tak tega kalau harus memangkas ke’asyikan’nya dalam berlomba.
Maka sayapun duduk cukup lama untuk menunggu, hingga si Bungsu selesai
mengikuti perlombaan.
Selama perjalanan, saya,
keluarga, anak-anak dan keponakan begitu antusias menempuh kilometer demi
kilometer perjalanan menuju kota kerabat kami. Tawa, sendau gurau begitu lepas
mengantarkan kepergian kami menuju sebuah kota yang kami yakini punya ke-asyik-an
sendiri disana. Di tengah perjalanan, saya mendapat sms dari Ustadzah sekolah
si Bungsu. “selamat pak, putri bapak dapat Juara 1 lomba tadi!” Subhanalloh,
rasa syukur tak bisa disembunyikan dari diri saya kala itu. Tadinya saya sempat
pesimis si Bungsu bisa membawa salah satu Tropi yang di pajang rapi di meja
sekolah, apalagi saya harus menjemputnya lebih awal. Namun Alhamdulillah, rasa
pesimis saya sudah hancur dengan datangnya sms dari Ustadzah tadi. Ini adalah
kado istimewa di hari “Ulang Tahun” saya.
Sampai di kota yang kami tuju,
suasana hangat menyeruak di sela-sela kehadiran kami berkumpul dengan keluarga
besar saya. Empat bersaudara dari orang tua saya yang kini sudah berkembang
menjadi bertambah enam keponakan dan empat menantu dari orang tua saya. Wah,
suasanapun terasa bahagia bisa berkumpul di tengah-tengah keluarga ini. Tawa,
diskusi-diskusi ringan, cerita-cerita seru mengalir cukup seru bergantian dari
masing- masing dari kami. Tak terasa, Dua puluh tujuh tahun yang lalu, di hari
kelahiran saya, saya terlahir dengan tubuh lemah dan kecil. Namun kini, saya
sudah harus merawat tiga bidadari, istri, dan dua putri saya yang merupakan
amanah spesial dalam hidup saya. Tak terasa, ibu saya kini sudah memiliki enam
cucu, padahal dua puluh tujuh tahun yang lalu beliau terakhir kalinya
melahirkan anak keempat terakhirnya yang kini sudah bermetamorfosis menjadi
seorang Bapak. Subhanalloh, suasana bahagia hari ini sungguh, adalah Kado
terbaik yang Alloh karuniakan di hari ‘Ulang Tahun’ saya.
Di hari ulang tahun saya ini,
saya merenung, bahwa waktu sepertinya tidak memberi kita ruang untuk bersantai
dalam menjalankan amanah. Di saat umur kita semakin bertambah, mari kita hitung
seberapa banyak kebaikan yang sudah berhasil kita kantongi untuk kehidupan kita
di akhirat nanti. Seberapa banyak keburukan yang sudah sengaja kita tanam yang
telah menggerogoti amal-amal baik kita. Berapa persen dari Impian atau
cita-cita kita yang sudah di dedikasikan untuk kemanfaatan orang banyak, atau
hanya kita ingin untuk memuliakan diri kita sendiri. Bekas-bekas apa yang akan
kita tinggalkan di dunia ini ketika tak ada pengingat lagi tentang nama kita
selain batu nisan yang bertuliskan nama lengkap, tanggal lahir dan tanggal
kematian kita. Maka saudaraku yang budiman, marilah kita beri Kado terbaik
untuk diri kita sendiri di saat kita berulang tahun dengan melakukan banyak
introspeksi terhadap kehidupan kita. Semoga tahun-tahun mendatang, kita akan
lebih baik dalam menjalani kehidupan dan semakin bermanfaat untuk orang lain di
dunia ini. Amin
Catatan di hari “Ulang tahun” 6
April 2012 (Dinar Apriyanto)